Rss Feed
  1. Lahirnya Commonwealth of Australia

    Senin, 20 Desember 2010

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Faktor-faktor yang mendukung federasi

    Ketika Australian Colonies Government Act dikeluarkan oleh pemerintah Inggris, di Australia sudah berdiri empat koloni yang terpisah-pisah, yakni New South Wales sebagai koloni yang tertua, Tasmania yang sejak tahun 1825 dipisahkan dari New South Wales, Australia Barat yang berdiri tahun 1829 namun karna berbagai masalah tumbuh dan berkembang dengan sangat lambat, serta Australia Selatan yang berdiri tahun 1836 berdasarkan teori kolonisasi yang rasional. Dengan dinyatakannya secara eksplisit dalam undang-undang itu bahwa Victoria dipisahkan dari New South Wales, maka jumlah koloni yang masing-masing berdiri sendiri bertambah menjadi lima.

    Setiap koloni diberi kebebasan memilih dan menyusun sistem pemerintahan yang dikehendaki. Karena hal itu maka di pusat-pusat koloni timbul kegiatan untuk mengatur pemerintahan sendiri. Dalam mengatur pemerintahan masing-masing terlihat tidak ada satu koloni pun yang memikirkan hubungan kerjasama dengan koloni lain.

    Tahun 1847, Earl Grey menteri urusan jajahan pada waktu itu telah menyadari perlunya penanganan kepentingan bersama di antara koloni yang berbeda di Australia, misalnya bea ekspor dan impor, lalu-lintas surat pos dan trasportasi. Idenya ini disampaikan kepada komisi parlemen Inggris, yaitu komisi perdagangan dan perkebunan. Komisi inilah yang tahun 1849 mengusulkan adanya gubernur jendral yang mempunyai kekuasaan yang menghimpun suatu badan yang diberi nama General Assembly Of Australia. Badan ini merupakan wakil dari tiap koloni yang keanggotannya dipilih oleh parlemen dari masing-masing koloni. Badan inilah yang nantinya akan membentuk mahkamah agung yang akan menerima pangaduan banding dari pengadilan-pangdilan koloni, serta membuat aturan atau undang-undang yang berlaku yang berlaku untuk seluruh koloni.

    Untuk pertumbuhan dan perkembangan ide persatuan diperlukan waktu. Ide ini tidak tumbuh oleh suatu undang-undang. Pengalaman mereka dalam perjalanan itulah yang mengajarkan mereka untuk menyadari betapa besar kerugian yang harus mereka tanggung dalam perpecahan itu. Mereka mulai menyadari bahwa persatuan jauh lebih memperkuat mereka menghadapi segala sesuatu daripada menghadapi sendiri. Munculnya kekuatan Eropa di wilayah Pasifik, yaitu Jerman di Irian Timur laut, kepulauan Marshal, Solomon, dan Mariana, serta Perancis di New Hebrides, dirasakan sebagai ancaman bersama. Secara fisik memang harus diakuai bahwa ancaman langsung terhadap koloni-koloni di Australia pada waktu itu tidak ada.

    Tahun 1880-an, industri di Sydney dan Melbourne mulai mencari pasar diluar batas-batas wilayahnya. Industri penghasil makanan di Sydney memerlukan perluasan pemasaran di Melbourne, akan tetapi jalan untuk itu terhalang oleh ketentuan tentang tariff di Victoria. Sebaliknya industri di Melbourne khususnya yang memproduksi makanan dan tekstil, memerlukan pasar di Sydney dan Adelaide, akan tetapi terpaksa dijual dengan harga tinggi di Sydney karena mahalnya ongkos jasa transportasi; demikian juga di Adelaide yang dikenai bea mahal oleh pemerintah Australia Selatan.

    Dorongan untuk bersatu itu datang juga dari organisasi para pekerja Australia yang disebut Trade Union. Berbagai Trade Union di koloni yang berbeda itu menghendaki adanya keseragaman aksi terhadap tenaga kerja Cina, jumlah jam kerja per hari, serta perlindungan atas hak-hak mereka. Untuk mewujudkan keinginannya itu, mereka mengadakan Intercolonial Congress yang diadakan khusus untuk Trade Union.

    BAB II

    PEMBAHASAN

    Mewujudkan Federasi Australia

    Pada akhir abad ke 19 banyak politisi dari koloni yang memprakarsai pembentukan suatu bangsa. Selain terdorong oleh berbagai faktor yang ada, pikiran untuk mempersatukan kembali Australia yang terpecah itu terpengaruh dari berkembangnya pemikiran persatuan di Eropa yakni gagasan dan pelaksanaan persatuan Itali dan Jerman.

    Henry Parkes, negarawan terkenal dari New South Wales menyarankan pembentukan Federal Council untuk menangani semua masalah yang dihadapi oleh koloni dalam kehidupannya sehari-hari dan untuk memikirkan persatuan semua koloni itu. Ide Parkes ini rupanya menimbulkan pangaruh yang sangat kuat. Pada tahun 1885 pemerintah Inggris mengeluarkan satu undang-undang yang mengijinkan keenam koloni di Australia bersama New Zealand dan Fiji membentuk Federal Council of Australia.

    Henry Parkes sendiri sebenarnya tidak mendukung Federal Council tersebut, bahkan mempengaruhi New South Wales agar tidak ikut melibatkan diri di dalamnya. Parkes berpendapat bahwa dewan ini tidak memiliki kekuatan yang nyata, dan hanya akan menghalangi pembentukan Parlemen Federal yang sesungguhnya. Henry Parkes kembali pada rencananya semula. Ia mengemukakan kembali segala hal yang berkaitan dengan Federasi Australia itu dalam pidato yang menggemparkan di Tenterfield, sebuah kota diperbatasan New South Wales dengan Queensland. Kemudian tahun 1890 diadakan pertemuan kepala pemerintahan dari seluruh koloni di Melbourne. Dalam pertemuan itu mereka memutuskan akan mengadakan konvensi federal Australia yang diadakan pertamakalinya di Sydney tahun 1891. Konvensi federal yang pertama ini ditugaskan menyusun sistem pemerintahan atau konstitusi Australia, lalu menyampaikannya pada setiap koloni untuk pengesahan.

    Konvensi berhasil menyelesaikan satu tugasnya. Akan tetapi ketika rancangan konstitusi itu disampaikan kepada parlemen di masing-masing koloni, mulai timbul pertentangan-pertentangan yang cukup tajam. Victoria menolak kehadiran New Zealand dalam federasi. Di New South Wales masalah federasi itu menimbulkan kesimpangsiuran karena sikap partai atau kelompok politik dalam parlemen.

    Jika masalah federasi Australia itu tetap ditangani hanya oleh para politisi saja, kemungkinan realisasinya akan terus tertunda. Melihat kecenderungan seperti itu, rakyat mulai ikut campur tangan. Di berbagai koloni kemudian terbentuk liga federal. Mereka mengadakan konferensi besar tanpa meminta perhatian dari para politisi. Gerakan rakyat ini didukung oleh Australian Native Association (ANA), yaitu organisasi orang-orang yang dilahirkan di Australia. Dr. John Quick, utusan dari Bendigo yang juga seorang anggota terkemuka liga federal itu, berkampanye untuk penyusunan konstitusi baru dan mengusulkan agar konsep baru itu sebaiknya diputuskan oleh rakyat secara langsung, bukan oleh parlemen setiap koloni. Dalam garis besarnya, ide Quick yang dijadikan pedoman itu adalah sbb:

    a. Dorongan kearah federasi itu hendaknya berasal langsung dari rakyat;

    b. Konstitusi baru hendaknya disusun oleh suatu konvensi yang anggota-anggotanya dipilih langsung oleh rakyat;

    c. Konsep konstitusi itu selanjutnya diserahkan kepada rakyat untuk diterima atau ditolak;

    d. Jika konstitusi itu telah diterima di dua atau lebih koloni, maka hendaknyalah konstitusi itu disahkan oleh parlemen Inggris sebagai hukum yang berlaku untuk seluruh koloni.

    Lama kelamaan para politisi mulai tertarik lagi, dan menampilkan kembali gerakan federasi itu ke permukaan. Parkes yang pada tahun 1895 sudah berusia 80 tahun lalu digantikan oleh Edmund Barton sebagai pemimpin gerakan federasi tersebut. Ia didampingi juga oleh Alfred Deakin, pemimpin dari Victoria. Sementara itu rakyat terus berjuang dan akhirnya pemerintah setiap koloni menyetujui diselenggarakannya konvensi kedua.

    Dalam konvensi kedua, rancangan konstitusi yang disusun dalam konvensi pertama (1891) dilengkapi dan disempurnakan hingga mencapai bentuk dan isi yang diharapkan pada masa itu. Masalah utama yang harus dipecahkan dalam konvensi itu adalah seberapa besar kekuasaan yang harus diserahkan kepada pemerintahan sentral atau pemerintahan federal. Karena bentuk yang mereka hendaki adalah bentuk federasi, bukan negara kesatuan, maka hanya ada dua pilihan. Pertama, tiap koloni mempunyai kekuasaan tertentu. Kekuasaan yang dikehendaki itu disebut secara teliti dan tegas, baru sisanya diserahkan kepada pemerintahan federal. Kedua, disebutkan secara tegas kekuasaan apa saja yang diserahkan kepada pemerintah federal lalu semua kekuasaan lainnya yang tersisa dipegang oleh pemerintahan koloni. Ini berarti kekuasaan pemerintah federal dibatasi dan dengan tegas memelihara hak-hak dan kekuasaan pemerintah negara bagian.

    Konvensi memutuskan sistem pemerintahan di mana pemerintahan federal memegang kekuasaan atas hal-hal tertentu, yaitu pertahanan, bea dan cukai, hubungan luar negeri, perdagangan luar negeri, pos dan telegraf, imigrasi dan pelayaran. Ketentuan apa saja yang dikeluarkan oleh Parlemen Federal tentang hal-hal tersebut, maka dengan sendirinya lebih kuat dari ketentuan parlemen negara bagian. Konvensi juga menetapkan nama federasi yang akan dibentuk itu, yaitu Commonwealth of Australia.

    Langkah selanjutnya adalah mengadakan referendum di seluruh koloni untuk meminta pendapat rakyat terhadap konstitusi yang telah diputuskan dalam konvensi kedua tersebut. Kecuali di New South Wales, untuk persetujuan hanya dibutuhkan suara mayoritas sederhana. Untuk New South Wales kondisi yang ditetapkan adalah persetujuan didukung oleh paling sedikit 80.000 suara. Pada tahun 1898 diselenggarakan referendum di Victoria, Australia Selatan, Tasmania, dan New South Wales. Queensland dan Australia Barat menangguhkan pelaksanaan referendum.

    Hasil referendum di empat koloni tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut:

    HASIL REFERENDUM 1898

    Koloni

    Suara Yang Setuju

    Suara Yang Menolak

    Victoria

    Australia Selatan

    Tasmania

    New South Wales

    100.520

    35.800

    11.797

    71.595

    22.099

    17.320

    2.716

    66.228

    Jumlah

    219.712

    108.363

    Pada tahun 1899, diadakan referendum yang kedua. Kali ini lima koloni menyelenggarakan referendum dan hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:

    HASIL REFERENDUM 1898

    Koloni

    Suara Yang Setuju

    Suara Yang Menolak

    Victoria

    Australia Selatan

    Tasmania

    New South Wales

    Queensland

    13.437

    65.990

    152.653

    107.420

    38.488

    791

    17.053

    9.805

    82.741

    30.996

    Jumlah

    377.988

    141.386

    Perlu dicatat bahwa dalam referendum kedua ini, rakyat yang ikut member suaranya kurang dari 60% dari rakyat yang sesungguhnya memenuhi syarat.

    Tanpa menunggu Australia Barat, kelima koloni mengirimkan rancangan konstitusi federal itu ke Inggris untuk disahkan oleh Parlemen Inggris. Akhirnya, pemerintah Inggris dalam tahun 1900 mengeluarkan undang-undang yang mengijinkan pembentukan federasi tanpa Australia Barat. Undang-undang itu disebut Australian Commonwealth Act. Sementara itu Australia Barat menyelenggarakan referendum dan hasilnya adalah 44.800 setuju dan 19.601 menolak. Dengan demikian, ketika Commonwealth of Australia menjadi kenyataan, federasi itu meliputi enam koloni yang nantinya menjadi negara bagian.

    Akhirnya gerakan persatuan di Australia berhasil, setelah 50 tahun lamanya terpecah-pecah. The commonwealth of Australia menjadi kenyataan pada tanggal 1 Januari 1901, kurang lebih tiga minggu sebelum Ratu Victoria meninggal. Pada tanggal 9 Mei 1901, raja Edward VII, diwakili oleh anaknya, Duke of York, membuka secara resmi siding pertama parlemen Federal di Melbourne. Perdana menteri pertama untuk federai yang baru lahir adalah Edmund Barton. Melbourne sementara menjadi tempat kedudukan pemerintahan federal hingga kemudian dipindahkan Ke Canberra tahun 1927.


    BAB III

    KESIMPULAN

    Sebelum koloni-koloni di Australia terdorong kearah pembentukan pemerintahan sendiri secara terpisah, pada tahun 1849, Earl Grey, Menteri Urusan Jajahan Inggris pada waktu itu, telah mengangkat ide tentang perlu adanya Gubernur Jendral dan lembaga yang disebut General Assembly of Australia. Ide ini direkomendasikan oleh satu komisi Parlemen Inggris. Rancangan undang-undang yang memuat ide tersebut disampaikan kepada Parlemen Inggris dalam tahun 1850. Namun ternyata saat itu belum merupakan waktu yang tepat untuk melakukan gerakan federasi. Rancangan undang-undang tersebut pun ditolak oleh Parlemen Inggris.

    Menjelang akhir abad 19 seluruh unsur yang menghendaki persatuan berhasil mengkonstruksikan landasan bangunan persatuan Australia. Faktor-faktor yang mendorong koloni-koloni Australia untuk bersatu kembali adalah sbb:

    1. Munculnya kekuasaan Eropa lain di daerah Pasifik, seperti Jerman dan Perancis yang dianggap sebagai ancaman bagi semua koloni, sehingga mereka perlu bersatu menghadapinya.

    2. Keinginan mereka bersama untuk menjaga agar benua itu hanya diisi oleh orang-orang kulit putih, mendorong hasrat untuk menciptakan ketentuan yang seragam tentang imigrasi orang-orang kulit berwarna, terutama Cina ke negeri itu.

    3. Hasrat meningkatkan kesejahteraan ekonomi melalui kerja sama di bidang perdagangan, yang menghendaki pengaturan bersama hal-hal yang berhubungan dengan bea dan cukai perdagangan antar koloni.

    4. Keinginan trade union akan adanya ketentuan yang seragam tentang ketenagakerjaan di seluruh koloni.

    5. Perkembangan ala-alat komunikasi dan hal-hal yang berhubungan dengan suratpos dan telegaf.

    6. Aspek militer dalam pertahanan dan keamanan yang menuntut adanya satu komando, satu front, bila koloni-koloni itu benar-benar diserang musuh.

    7. Kebanggaan untuk disebut orang Australia daripada sebagai orang Victoria, orang Tasmania, atau sebutan daerah lainnya.

    Lahirnya commonwealth of Australia sebagai wadah yang mempersatukan seluruh koloni Inggris di Australia itu, merupakan buah usaha para politisi, pengusaha, pekerja, rakyat yang ingin bersatu. Sehingga tidak ada golongan yang dapat mengaku paling berjasa untuk itu. Dorongan untuk mewujudkannya antara lain dimotori oleh berbagai liga federasi yang tumbuh dan berkembang di berbagai koloni, landasan konstitusional dan wujudnya dihasilkan lewat konvensi federal, dan pengesahannya dikukuhkan lewat referendum. Maka commonwealth of Australia pun lahir tepat pada tanggal 1 Januari 1901.


    Sumber:

    J. Siboro. 1989. Sejarah Australia. Depdiknas: IKIP Bandung.


  2. Surat Untuk Kamu (Bagian Pertama)

    Minggu, 12 September 2010

    Yogyakarta, 14-15 Juli 2010

    Ini bukan surat cinta, sayang. Ini ungkapan rasa terimakasih karena kamu telah memilih aku lagi. Ya, lagi. Sempat aku untuk meminta kita berteman saja, karena aku pikir waktu itu aku belum siap untuk menerima siapapun termasuk kamu, menyakiti hati seseorang yang aku lakukan membuatku berpikir seribu kali.

    Tapi, tepat di tengah malam, diantara pergantian hari, kamu meminta kita kembali seperti dulu, ya aku menganggap itu cuma guyonan kamu, dan aku membalas dengan guyonan pula. Kamu kesal, kelihatan kok malam itu kamu uring-uringan, mondar-mandir ga jelas, dan entah kenapa kamu tiba-tiba berinisiatif menyalakan lagu yang ada dalam ponselmu, agak aneh memang, dan aku hanya bisa menahan tawa, agar tak membuatmu semakin kesal. Ya kamu mengikuti lagi itu, lagunya sih bagus, Ipang gitu yang nyanyi, jadi aku hanya diam menikmati semilir angin yang berada di taman perguruan tinggi terkenal itu. Semakin larut, aku semakin menahan diam, lebih dari diam seperti biasa, karena sejujurnya aku ingin kembali ke kost menikmati ranjang empuk ketimbang mendengarkan ocehanmu dengan lagu itu.

    Kamu semakin meminta dan aku semakin diam, dengan perasaan kesal mungkin kamu melengos menundukkan kepala. Mengaku padaku bahwa kamu mengantuk, pusing menyerang. Agak geram melihatmu seperti itu. Tapi ya sudahlah.

    Burjo pun menjadi tujuan, dengan semangkuk mie instan dan teh hangat cukuplah menjadi pengganjal malam itu. Tapi kamu semakin membuatku geram, yang sok tidur atau pura-pura tertidur di meja burjo. Seperti orang bodoh saja aku disitu, koran kemarin pun menjadi sasaran kekesalanku, membacanya dan sumpah sama sekali aku tak mengerti makna berita itu. Dan kurangajarnya (menurut kamu) aku pun membangunkan kamu dengan seidkit hentakan meja. Ah, aku benci melakukannya apalagi diiringi tatapan aneh sang pemilik burjo yang berwajah cukup lumayan itu.

    Dan ini bagian paling aneh, kita menghabiskan malam hingga pagi dengan menginap di warnet 24 jam yang tepat berada di wilayah Gejayan. Hmm, laiknya orang bodoh lagi kamu tidur aku pun ngenet, eladah malam itu chat box cukup sepi. Hanya browsing-browsing ga jelas yang aku lakukan.

    Eh, aku baru inget ini kan surat untuk kamu sayang, kok saya jadi seperti curhat yaa?? ckckck..
    Ya sudahlah, salam sayang untuk kamu selalu :)


    * juga dipost: Corat Coret Tumblr


  3. Pengecut!

    Senin, 30 Agustus 2010

    Kegeraman masyarakat Indonesia sepertinya cukup berada pada puncaknya saat ini, ketika hubungan Indonesia-Malaysia kembali memanas. Jujur, saya sendiri tak mengetahui masalah apalagi yang menyebabkan rakyat begitu menghujat bahkan memaki Malaysia dengan begitu emosi. Bahkan tak tanggung penguasa macam SBY menjadi hujatan karena dianggap terlalu lembek dan mencla-mencle terhadap kasus ini.


    Saya sendiri gerah terhadap sikap masyarakat negara yang sok menjadi pahlawan terhadap bangsa, dengan membakar bendera Malaysia sebagai sikap protes mereka. Memaki-maki dengan sumpah serapah yang bahkan seluruh isi kebun binatang pun dikeluarkan. Jika memang itu menurut mereka salah, mengapa tak langsung memberikan ide bagaimana mestinya kepada penguasa atau pada pemerintahan?? Bukannya menjadi pengecut yang hanya bisa menyumpahi Malaysia dan pemerintahan negara sendiri.


    Inilah rakyat Indonesia, yang menjadi latah alias ikut-ikutan sok membela negara namun belum memberikan kontribusi yang berarti untuk tanah air. Dan jujur saya katakan, saya merasa kasihan terhadap pemerintahan Malaysia, mereka menjadi korban media yang berlebihan memberitakan negeri melayu itu.


    Inilah rakyat Indonesia yang terprovokasi terhadap pemerintahan. Sok berkata "siap perang!!" tapi tak memikirkan nasib rakyat kedepannya. Berkata siap mati membela tanah air asal negara yang mereka juluki sebagai Malingsia itu kalah dan bertekuk lutut terhadap Indonesia. Lantas jika menang, apa yang mereka dapatkan?? Kehilangan keluarga akibat perang? Kehilangan harta benda untuk membiayai perang?


    Saya akan lebih menghormati mereka-mereka yang masih mau mengurus carut-marutnya negara ini, permasalahan kemiskinan sepertinya pekerjaan rumah setiap orang yang belum ditemukan penyelesaiannya. Permasalahan ekonomi, sosial tak pernah berubah seiring bergantinya penguasa. Toh, itu-itu saja yang menjadi pembahasan utama.


    Oke, saya tak mau membahas panjang lebar lagi soal ini. Sebagai mahasiswa yang dianggap sebagai seorang agen perubahan, saya pun hanya hanya mau menunjukkan perubahan terhadap masyarakat tak lupa pada keluarga. Bukan ikut-ikutan memperkeruh suasana dengan berdemo dalam tema "Ganyang Malaysia" apalagi berkata "siap perang!". Lantas, bagaimana dengan kamu??


    **maaf jika ada yang tersinggung, catatan ini saya buat hanya sebagai tindakan kejenuhan terhadap tindakan masyarakat.


    - juga dipost: Note Facebook dan Corat Coret Tumblr


  4. Terkadang Hidup Tak Butuh Ketegasan

    Minggu, 29 Agustus 2010

    Buat saya dalam menjalin suatu hubungan adalah bagaimana kita saling melengkapi dengan tetap berkomunikasi walau jarak sejauh apapun. Memberi kabar satu sama lain rasanya itu penting, tak harus mendetail tapi lebih baik agar hubungan tetap berjalan sebagaimana mestinya. Teknologi kini pun semakin maju, dengan adanya sebuah alat telekomunikasi nirkabel yang memungkinkan kita berhubungan setiap saat.

    Sekedar sms bertanya "sedang apa?" "lagi ngapain?" rasanya bukan hanya pertanyaan biasa, tapi menunjukkan rasa perhatian atau kepedulian terhadap hubungan.

    Semenjak kecelakaan beberapa hari lalu membuat saya dan dia jadi merasa jauh. Bukannya bertambah dekat, tapi justru membuat saya semakin merasa tidak dipedulikan. Atau saya yang berlebihan? Entahlah! Alasan tak bisa mengetik keypad hp dengan tangan kiri sepertinya cukup menjadi pertimbangan dalam pemikiran saya saat ini. Setiap orang memang tak pantas untuk disamakan, tapi saya justru menjadi lebih cepat dengan menggunakan tangan kiri untuk mengetik tulisan-tulisan singkat dalam sms.

    Saya bosan memarahi, saya bosan mengeluh, saya tak mau menjadi cerewet, dan saya tak mau bersikap tegas! Apalagi dianggap sebagai tukang atur! Sudah cukup ketegasan saya dalam suatu hubungan yang baru ini. Saya lelah dengan sikap berlebihan saya. Terkadang ketegasan saya berakibat fatal! Bertengkar menjadi makanan sehari-hari. Dan saya tak mau itu! Terkadang hidup memang tak butuh suatu ketegasan!

    Bersikap dewasa satu-satunya hal yang baik, dan tak lupa untuk selalu berpikiran baik! Ya, rasa saling percaya juga penting.

    Menjadi pelajaran bagaimana Tuhan memberikan organ tubuh yang lengkap untuk manusia. Mensyukuri semua yang telah diberikan-Nya. Kalau sudah jadi begini lantas siapa yang pantas disebut bersalah? Entahlah!

    - juga dipost: Corat Coret Tumblr



  5. Ipang - Sekali Lagi

    Jumat, 27 Agustus 2010

    kalau saja aku masih punya

    kesempatan yang sama

    atau semua yang pernah terjadi

    bisa terulang lagi

    tapi ternyata kesempatan yang ada

    hanya sekali



    sampai kini masih ku tunggu

    datangnya keajaiban

    yang mungkin saja bisa memberiku

    waktu satu kali lagi

    seandainya masih bisa kudapatkan

    sekali lagi, satu kali lagi


    reff: masih tertunda dan belum semua ku katakan

    biar ku tunggu sampai kau kembali lagi di sini

    harus kau dengar semua yang harus kau dengarkan

    isi hatiku yang belum ku sampaikan


    ternyata tak semudah itu keinginan bisa terjadi

    tapi ku berharap semoga masih ada kesempatan

    sekali lagi


    Hmmm..lagu kenangan.
    Halaman UGM malam itu :)


  6. Catatan Berlebihan (?)

    Rabu, 25 Agustus 2010

    "Angkat yang tinggi!!"

    "Ga usah banyak komentar, apalagi senyum-senyum!! Ga ada yang lucu!!"

    "Yang merasa tidak membawa atau tidak sesuai, keluar dari barisan!!"

    Teriakan khas kami para Pemandu Kedisiplinan di pagi hari.

    Yeaah, OSPEK yang hanya berlangsung lima hari itu meninggalkan kesan yang mendalam untuk saya. Mendapatkan saudara-saudara baru, adik-adik baru (klo saya sih adik tingkat kedua, mengingat saya angkatan tua -_-' ) cukup menjadi pengalaman sendiri. Rasanya menyimpan kenangan OSPEK kemarin akan menjadi overcapacity dalam memori. Ingin rasanya mengulang, aah saya yakin jika benar OSPEK kembali terulang para mahasiswa baru akan menolak mendapat hukuman dari PK. Betul tidak?


    Rasanya mungkin tak sia-sia bangun pagi sebelum adzan subuh berkumandang dari mesjid Mujahidin. Menikmati pagi buta yang dingin dan sepi, menapaki jalan-jalan berlubang Karang Malang sendirian, apalagi dengan seragam hitam-hitam, kenangan manis untuk saya. Nekat numpang dikost seorang kawan baik, selama lima hari. Ckckck..klo ga demi OSPEK saya ga sampai nekat seperti itu.

    Oke, abaikan curhatan saya diatas!!


    Saya merindukan kawan-kawan PK, guyonan-guyonan, tingkah laku yang absurd, membuat saya seperti kehilangan barang kesayangan saat OSPEK berakhir. Agak sedikit lebay memang,tapi itu yang saya rasakan. Bahkan sampai sedikit menangis ketika tugas kami berakhir. Ah, hari yang indah saat itu.


    Tak lupa sebagian kawan-kawan pemandu yang sukses membantu kami dalam pengecekan tugas. Mungkin ada beberapa maba yang lolos, tapi tak jadi soal kami kan baik hati :)

    Ingat pemandu ingat beberapa kawan yang membantu saya saat pengecekan tugas, bahkan sempat ada yang guyon dengan saya padahal itu tepat di saat saya sedang berjaga-jaga. Ckckck...

    Pemandu dianggap sebagai orang tua maba, yang membimbing mereka saat OSPEK. Bahkan panggilan untuk mereka ada yang bunda-bundaan segala pada pemandu perempuan. Ckck...


    Ada satu lagi, yakni P3K. Saya rasa salah satu tim panitia yang cukup sibuk. Keluar masuk fakultas-rumah sakit. Hebaat!! Apalagi dengan hadirnya satu personil yang cukup menghibur :p


    Hmmm..habis kata-kata untuk menuliskan perasaan saya tentang kerinduan ini, maaf jika dibumbui kata-kata berlebihan, toh ga berpengaruh buat yang baca :)


    Eh saya juga merindukan salah satu SC PK yang menemani kami saat OSPEK, yang mendengar keluhan-keluhan kami, bahkan mendengar curhatan saya yang mungkin ga penting. Hahahaha....

    Saya jadi ingin melakukan tindakan ilegal lagi bersamanya :)

    Kapan ke felix lagi?? :)


    Maaf ya, jika tulisan ini tak mengandung unsur 5W+1H. Tak ada maksud dan tujuannya. Ini hanya uji keisengan saya yang bingung mau melakukan apa.

    *Cheers :)


    -juga dipost di Corat Coret Tumblr


  7. Sedikit Asing di Tanah Kelahiran

    Jumat, 20 Agustus 2010

    Balikpapan memang kota kelahiran saya, tapi setelah hampir kuliah di Yogya dengan rentang waktu yang singkat, kok saya merasa Balikpapan bukan lagi tanah kelahiran. Walau lahir dan besar disana tapi saat pulang, saya menjadi asing dengan kota ini. Entahlah, mungkin karena jiwa saya seperti sudah menyatu dengan Yogya, padahal perasaan bosan dengan Yogya selalu hadir.

    Balikpapan, kini menjadi kota yang mulai berkembang dengan segala fasilitas yang dibangun, didirikan baik pemerintah maupun swasta. Gedung-gedung tinggi, pusat perbelanjaan mewah pun tumbuh bak jamur dimusim hujan. Tak lupa ketinggalan hotel dan apartemen yang dibangun ditempat strategis, seperti di pinggir pantai. Agak sedikit bangga dengan kemajuan kota kecil ini. Tapi semakin banyaknya fasilitas umum, semakin membuka pikiran saya bahwa Balikpapan tak seperti dulu. Ya, karena memang seharusnya seperti itulah sebuah kota berkembang mengikuti jaman menyediakan apapun yang dapat memanjakan penduduknya, apalagi yang terletak di wilayah Kalimantan, yang terkenal akan sumber daya alam tambangnya.

    Dengan perasaan asing yang saya rasakan sekarang, itu sebabnya saya lebih memilih menghabiskan waktu berada dirumah ketimbang jalan-jalan keliling kota. Memang, ada beberapa rencana untuk bertemu kawan-kawan SMA, tapi paling hanya sekedar berkumpul disalah satu rumah mereka.

    Hei, anak-anak muda Balikpapan itu berani-berani ya. Mungkin sekita umur 13 tahun, tapi gaya pacaran mereka berani. Beda dengan saya dulu. Ahahaha...saya selalu tersenyum sendiri saat berpapasan dengan para remaja yang sedang berpelukan dengan erat diatas kuda besi alias motor, menempel satu sama lain, tak peduli apa kata orang lain seperti saya. Bukan menjadi seorang yang munafik dengan berkata, saya tak pernah seperti itu. Saya juga melakukan hal yang sama, tapi saya berani bersumpah tak pernah duduk seerat itu, apalagi sampai menempel.

    Ada hal yang saya benci dari orang-orang Balikpapan. Mereka menjadi sangat sok sekali apalagi dijalan raya. Khusus untuk pengendara sepeda motor. Kok kayanya naik motor ga pernah bisa santai. Walau di Yogya ada hal yang seperti itu saya lihat, namun Balikpapan mereka terlihat lebih anarkis. Sekali jatuh, mampus deh!!!

    Hampir seminggu keberadaan saya di Balikpapan, tapi tiba-tiba perasaan jenuh muncul lagi. Heran saya, manusia tak pernah merasa puas. Saat di Yogya ingin pulang mengaku rindu Balikpapan. Saat di Balikpapan, berkata, merindukan Yogya. Dan saya yakin bukan hanya saya yang merasa seperti itu.
    Ternyata Yogya memang mempunyai magnet untuk menarik saya untuk selalu mengingatnya.

    Ah, biar bagaimanapun Balikpapan tetap dihati. Ini tetap kampung saya. Rumah saya.
    Ada seorang dosen saya yang berkata, "Balikpapan itu kota mahal. Apa-apa yang dijual disana mahal." Saya pun hanya tetap tersenyum dengan manis mendengar ucapan itu. Saya tak dapat menolak, karena memang seperti itu keadaannya.

    Tapi saya akan lebih tidak menyukai jika ada yang berkata Balikpapan merupakan kota tertinggal, yang ada hanya hutan dan sungai saja!! Pernyataan sok tau yang saya dengar bahkan cenderung tolol!! Jika saya berhadapan hal itu, argumentasi dengan kemarahan yang keluar. Tak peduli siapa yang berkata!!!

    Ah, saya ingin melewati senja di lapangan merdeka, atau Melawai juga boleh. Anda tertarik?? :)

    -juga dipost Corat Coret Tumblr

  8. Setiap Awal Semester

    Sabtu, 10 Juli 2010

    Ini yang saya benci ketika kan masuk semester baru. Khususnya untuk para mahasiswa yang lebih mengejar nilai ketimbang pemahaman mereka akan materi-materi kuliah!

    Jujur, semester ini saya menyesal terlalu ngebacot, terlalu nyangkem, terlalu banyak protes saat diskusi/debat dalam kelas! Sumpah! Nilai-nilai yang dihasilkan pas-pasan. Padahal saya mati-matian mencari perhatian sama dosen-dosen itu.

    Satu seorang kawan sekelas yang selalu beruntung. Mendapat nilai yang mungkin terbagus dikelas, IP saja, mungkin termasuk dalam kategori cumlaude. Ah, saya muak dengan tingkahnya! Yang sok! Jelas, dalam kuliah lebih banyak diam, jadi anak manis, duduk mendengarkan, walaupun itu termasuk sesi diskusi. Tapi nilai yang dihasilkan selalu lebih baik.

    Sebenarnya apa sih yang menjadi patokan dosen-dosen dalam menilai mata kuliah itu? Okelah dia, termasuk yang panjang menuliskan jawaban,dari 10 baris hingga 20 baris. seperti merangkum saja! Lalu, bagaimana dengan yang lain, yang hanya menjawab secara garis besarnya saja. Ya, sekitar 5-10 baris. Jika itu memang yang menjadi patoka para dosen-dosen, aah, ada baiknya saya memprotes cara pemberian nilai seperti itu. Ga adil!

    Ok, saya memang berada dalam ranah sejarah. Apalagi sebagai seorang calon sejarawan. Mampu menganalisi sejarah, dengan dan benar. Lha, klo jawaban soal panjang lebar tapi intinya ga ada, ya sama aja boong!! Ngalor-ngidul ga jelas apa yg ditulis, yang penting ngerjain, panjang, selesai!

    Kampretlah!!

    Saya muak lama kelamaan dengan keadaan kuliah seperti ini. Protes menjadi cara satu-satunya yang harus dilakukan! Saya tak peduli! Saya butuh kejelasan, klo perlu KEADILAN!!!


  9. Perasaan Bodoh!

    Senin, 05 Juli 2010

    Sungguh beruntung dia yang menjadi kekasihmu, Hok Gie. Ah,entah dia masih kekasihmu atau bukan. Atau memang kamu amat mengharapkannya!!

    Perasaan saya bodoh!!

    Saya mau melupakanmu, Hok Gie.

    (asulah,ngelupain kowe kok yo sulit!!tapi saya akan berusaha!!saya ga mau terjebak!)

    Terimakasih utk kejujuranmu yang menyakitkan ya Hok Gie.

    Yogya, 4 Juli 2010, malam dingin!


  10. Ketika Saya Bertemu Tuhan #1

    Kamis, 01 Juli 2010

    Terjadi pada diri saya saat ini. Ketika bingung menentukan suatu pilihan yang terasa berat, Hanya satu jalan, menemui Tuhan. Entah bagaimana caranya. Ahh..jujur, saya terlalu malu. Selama ini saya selalu mengabaikan perintah-Nya, sedikit menjauhkan diri dari-Nya. Mungkin, Tuhan akan membuka tangan-Nya untuk saya, menerima saya dengan tulus, mengobrol dengan berbagai obrolan seputar masalah manusia dan dunia.

    Tapi, saya terlalu takut untuk mengunjunginya. Saya memang manusia biasa, namun Tuhan adalah Zat yang tak ada tandingannya, jadi ketika saya mencoba menemui-Nya hanya untuk meminta saran dan pendapat, apakah bisa? Saya yakin, Tuhan maha pemurah. Dia pasti menerima saya.

    Ahh..saya harus mencoba.

    Saya putuskan hari itu untuk menemuinya. Saya ketuk pintu surga dengan perasaan was-was. Dengan berdoa macam-macam dari semua agama, mulai Al-Qur'an sampai Alkitab. Ahh, bagaimanapun juga saya harus bertemu dengan Tuhan. Saya tak peduli! Saya butuh Dia !

    Perlahan pintu besar dengan emas 24 karat bening terbuka secara perlahan, semerbak bau surga seperti mawar, lili bercampur. Benar-benar harum tempat ini. Pasti, tak ada harum sewangi ini di dunia. Tak lama suara tanpa wujud pun terdengar.

    "Mau apa kamu kemari?"

    Ini pasti Ridwan, sang penyembah Tuhan paling setia, yang banyak orang mengatakan, bahwa dia malaikat yang sangat murah senyum sekali. Semoga saja dia juga begitu padaku.

    "Aku..aku..aku ingin bertemu dengan Tuhan." Jawabku terbata.

    "Untuk apa?"

    Saya menarik nafas dalam, dan menghembuskan perlahan, kemudian menjawab dengan setengah memohon.

    “Saya ingin meminta pendapat tentang beberapa hal dari-Nya. Bolehkah saya menemuinya? Sebentar saja. Setelah itu saya akan pergi.”

    Tawa meledak seketika. Menggelegar seperti petir di siang bolong.

    “Apa? Kamu ingin bertemu dengan Tuhan? Tak salah aku mendengarnya?”

    Aku terdiam. Ridwan melanjutkan.

    “Kamu pikir semudah itu kamu dapat bertemu dengannya? Apalagi hanya untuk bertanya dan mencari solusi dengan permasalahan sepelemu itu?”

    Dalam hati saya hanya bisa memaki Ridwan. Sombong sekali dia, mentang-mentang dia adalah penyembah Tuhan, paling setia. Apa dia tak memiliki masalah, hingga menganggap masalah saya adalah kecil dan sepele. Ternyata, omongan orang-orang tentang Ridwan yang sangat murah senyum itu hanya bohong belaka. Dia benar-benar angkuh!

    “Permasalahanmu memang sepele! Banyak manusia-manusia lain yang memiliki permasalahan yang lebih dari kamu miliki itu! Sudah, tak usah kamu memaki aku! Kamu akan aku ijinkan masuk, tapi tak lebih dari sejam!”

    Saya tertegun kaku, dan kaget. Bagaimana mungkin dia bisa membaca kata hati saya.

    “Tak perlu kamu cemaskan mengapa aku bisa mengetahui isi hatimu. Masuklah, aku akan menemanimu sampai ke dalam!”

    Dia benar-benar hebat. Dengan perasaan campur aduk, saya masuki surga. Wanginya semakin tajam, saya semakin nyaman berada di dalam. Tak lama, muncullah sinar keputihan, yang dengan perlahan membentuk kepala, kaki, tangan dan wajah. Semakin jelas pemandangan di depan saya itu. Wajahnya benar-benar rupawan. Dia pasti Ridwan. Ya saya yakin! Saya tepiskan tentang deskripsi saya akan kesombongannya. Dia memang murah senyum (bersambung)

  11. Aaah..terlalu munafik jika saya mengatakan bahwa saya membencimu!!

    Tidak sayang..sedikitpun saya tak pernah membencimu. Saya selalu setia menunggumu. Walau kamu selalu bercerita dengan santai tentang mantan kekasihmu itu. Saya heran, kenapa kamu selalu membicarakannya? Apakah tak ada wanita lain, penggantinya? Apa yang kamu sukai darinya? Dia hanya wanita seperti kebanyakan, wanita biasa, walaupun dia memiliki pemikiran yang sama dan ideologi yang sama pula denganmu. Saya iri dengannya.

    Dan pagi ini, seperti biasa. Kamu kembali menceritakan hal yang sama. Hal yang diulang-ulang. Hal yang itu-itu saja. Tidakkah kamu berpikir, jika saya jenuh dengan ceitamu itu. Tidakkah kamu berpikir, jika saya menahan rasa ketersinggungan akan sikap kamu itu? Kamu selalu dingin!! Kamu hanya memikirkan mantan kekasihmu.

    Kamu tahu, sayang. Kemarin saya bertemu dengan mantan kekasihmu itu. Dia seperti biasa, menegur saya dengan kuluman senyum termanisnya. Ya, saya akui, dia memang menarik. Cerdas, pintar, berani, tegas. Aah..ingin saya mengoyak wajah manis dengan bibir bagai bulan sabit itu. Memotong rambut pendeknya, menariknya, hingga kamu tak menyukainya lagi, sayang!! Kamu tahu, dia menceritakan kegiatan organisasinya hari ini pada saya. Bagaimana dia bertemu dengan orang-orang dalam birokrasi ribet dan tak jelas. Ahh..begitu bangganya dia. Saya pun hanya bisa tersenyum, mengangguk, dan mengiyakan. Mau gimana lagi, karena mantan kekasihmu adalah sahabatku.


  12. Ketika Rasa Jenuh Memuncak (?)

    Sabtu, 26 Juni 2010

    Judul e ra nyambung yoo?? Ahh..luweh!! Sing pentil, eh salah, sing penting nulis!! :)

    Oke, sejenak tinggalkan tulisan mengenai, romansa, politik, atau apapun namanya lah. Saya hanya ingin bercerita sedikit mengenai terpilihnya saya sebagai salah satu panitia OSPEK (fuck)kultas. Entah, apa karena kasihan, kekurangan orang atau tertarik dengan saya. Tapi saya benar-benar tak menyangka atas terpilihnya saya sebagai panitia itu.

    Berbekal surat rekomendasi yang saya minta dengan paksa dari ketua Hima prodi saya. Dan wawancara tentunya. Saya pun akhirnya terpilih sebagai panitia, yang masuk kedalam sie PK (bukan penjahat kelamin, melainkan Pemandu Kedisiplinan) yang terkenal tukang marah-marah, ngebentak, sok ngatur, sok mendisiplinkan dsb. Padahal jelas saya sendiri tak memenuhi persyaratan, sebab formulir saya tak pernah menulisnya, IP pun saya tak memberikannya (takut ketauan kalo IP saya benar2 buruk). Aah..ternyata Ketua BEM (fuck)kultasnya naksir saya, ya buktinya saya bisa kepilih. :p

    Semula mendengar, saya diterima dari sms yang masuk ke ponsel butut saya. Dari ketua Hima (yang terkenal dengan pikiran mesumnya). "Manda, selamat ya, km kepilih jadi panitia ospek." Jreeng..jreeng.. kaget ga kuat, sempat menahan air mata, dan ada rasa ketidakpercayaan dari hati saya. Bayangkan, dari sekian ratus org akhirnya saya kepilih... OMG.....
    Ternyata memang benar saya telah terpilih, setelah keesokkan harinya saya melihat papan pengumuman depan BEM. Senyum-senyum senang menghiasi wajah saya siang itu.

    Aah..rapat perdana pun digelar. Tak ada satu orang pun yang saya kenal ditempat itu. Kecuali adik kelas saya, yang juga mendaftar, dan sama-sama diterima di sie yang sama (pemborosan kata dg mengulang kata yang sama). Ya, hanya mereka! ya ampun, apa-apaan ini??? Aah..sudahlah, saya pun bersikap tenang. Kalo saya menunjukkan kegelisahan saya, nanti ketauan, ada panitia cantik nan manis yang hadir. Saya tetap bersikap tenang, dan mencoba cuek.

    Akhirnya, ada sesi dimana berkumpulnya untuk pertama kali orang-orang satu sie. Saya pun berkumpul dengan orang-orang dari jurusan lain (yang pastinya jurusan, dg jumlah mahasiswa banyak). Wew..saya kaget, mereka ga ada sedikitpun tampang judes, jutek seperti saya. Dan lebih buruknya, yang berkumpul atau tepatnya yang datang saat itu adalah mereka-mereka angkatan 2009. Sempat menciut, ketika saya satu-satunya 2008. Santaaiii (kata bang haji "biskuit" Rhoma). Toh, ini baru berkumpul pertama kalinya. Sesi perkenalan dimulai.

    Beberapa hari setelah rapat perdana, koordinator sie PK (yang terlalu imut menjadi seorang PK), menggelar rapat perdana juga. Tepatnya di tampan (taman pancasila). Hmm..saya datang dengan ontime (maklum, saya memang tak suka terlambat). Baru dua orang yang datang. It's okelah, toh hari pertama. Semakin sore pun semua berkumpul, walaupun tidak semuanya. Saya pun girang bukan main, akhirnya ada juga yang seangkatan dengan saya (puji Ibliiss -- Kata seorang kawan dirumah kedua).

    Beberapa minggu kemudian pun, saya dan lainnya tetap latihan. Yaa, saya sendiri baru tau, jika sie ini butuh latihan juga. Saya pikir cuma hanya sekedar rapat-rapat saja. Ahh..beberapa minggu latihan, belum ada tanda-tanda kemajuan buat saya. Tatapan mata, oke saya lulus, Tapi latihan berbicara (ngomel, bentak, nyolot), itu masih sulit. Hmm.. sebenarnya dalam pemilihan kata-kata yang masih saya takuti (ntr malah keluar "kampret", "kopet", atau lebih parah lagi "asu kowe")

    Mulai bosan saya! Sekarang saya jenuh! benar-benar jenuh dengan latihan-latihan itu. Ingin segera mempraktekkan di lapangan. Sekalian memamerkan rupa saya yang aduhai kepada para brondong (tidak berniat untuk mencari kekasih, apalagi untuk umur yang masih hijau-hijaunya). Dalam bahasa kerennya sih mood. Ya, mood saya perlahan demi perlahan, sedikit demi sedikit mulai pudar (kroook~). Permasalahan hidup di Yogya, permasalahan yang ga jelas ujungnya, bisa dibilang mejadi penyebab kepudaran mood saya itu. Tapi saya harus bersikap profesional! Bagaimana mau menjadi aktris jika sikap saya seperti itu??

    Ahh..tapi kok mood saya masih belum ada ya??
    Ternyata jawabannya hanya satu, saya harus pulang!!
    Tapi masih terlalu lama!
    Sabar aja, nda! Sabar itu berbuah manis kok..
    Insya Allah~
    Amien~
    Haleluyaa~

  13. Perayu

    Senin, 21 Juni 2010

    Kau memang mudah sekali merayu wanita..
    Aah..saya pun mungkin menjadi korban rayuanmu..
    tapi jujur..
    kamu memang mempesona, dan sejak dulu pun saya mengagumi dirimu..
    ingat!hanya mengagumi..
    walau terkadang saya sempat dan sering tertarik..
    tapi rasa kagum selalu ada..

    heeii..kau tak akan pernah tau perasaan saya ini..
    karena memang saya tak akan pernah memberitahunya..
    cukup,aku mengagumi mu dari foto pada situs jejaring sosial saja..

    hmmmmm...
    ini bukan puisi, hei perayu..
    ini kata-kata hati saya..
    saya ingin sekali mengungkapkannya padamu..
    tapii..tidaklah!
    saya tak punya keberanian lebih, untuk mengungkapkan kekaguman padamu..

  14. Sedikit Tentang Tulisan Saya

    Selasa, 01 Juni 2010

    Oke, ini tahun pertama saya menggarap majalah di Rumah Kedua. Kaget! Bahasa kerennya shock. Biasanya yang menulis hanya sekitar 300-800 kata, tapi sekarang harus lebih dari 1000 kata. Awalnya tak siap, tapi ini tanggung jawab yang dipercayakan pada saya. Memang berbeda antara penggarapan buletin dengan majalah. Namun, penggarapan buletin adalah proses belajar menganalisa dan menulis sekitar kemudian di transferkan pada majalah. Setelah majalah, Insya Allah ada buku yang menunggu (mengapa saya tulis Insya Allah, karena belum tentu saya mendapat jatah untuk menulis).

    Sedikit putus asa, namun saya harus bisa! Saya memang jarang berkunjung ke rumah kedua, tapi kawan-kawan masih percaya pada saya untuk memberikan tugas menulis satu rubrik (untungnya hanya satu rubrik). Saya diserahi rubrik Apresiasi. Mungkin semacam biografi seorang tokoh besar atau tokoh yang luput dari perhatian. Ya, saya harus menulis mengenai sutradara sang tukang ejek nomor wahid, Nya Abbas Akub. Sudah tahukah anda tentang dia? Pernah dengar film Drakula Mantu? Atau yang paling populer adalah Inem Pelayan Seksi? Saya yakin, anda penikmat film-film komedi jaman dulu pasti tahu, atau mungkin sudah menonton film-film itu.

    Ya, Nya Abbas Akub merupakan sutradara film-film komedi sosial, macam Inem Pelayan Seksi itu. Ciri khas sang sutradara ini pun adalah kritik-kritik sosial nya terhadap keadaan masyarakat tak jarang terhadap pemerintahan kala itu (Orde Baru). Film komedi yang dibumbui fenomena-fenomena masyarakat cukup menjadi bumbu penyegar dalam karya-karyanya. Kritikan tajam namun diselingi banyolan (yang tidak mengejek dan tidak membawa kearah negatif) membuat para penikmatnya puas akan hal baru. Abbas Akub memang dianggap sebagai pelopor film-film sosial komedi.

    Contoh karya besarnya adalah Inem Pelayan Seksi. Tak tanggung-tanggung film ini dibuat tiga jilid. Sekuel terakhir atau ketiga merupakan puncak kehidupan dari si Inem sebagai seorang babu yang telah menjadi nyonya besar. Si Inem dianggap sebagai pahlawannya para babu, bahkan mereka pun mengadakan konggres babu-babu se-Indonesia, untuk menyuarakan pendapat dan kritikan para babu, terhadap kondisi mereka. Namun, sekuel ketiga ini dianggap kurang sukses, kehidupan Inem yang goyang, membuat penikmat film ini kurang antusias. Mereka menganggap bahwa Inem Pelayan Seksi yang pertama lah yang menjadi pilihan mereka.

    Kesuksesan Nya Abbas Akub dalam film-filmnya justru tak membuat dirinya mendapat penghargaan sebagai apresiasi masyarakat terhadap dirinya. Sampai akhir hayatnya pun dia tak pernah sedikit pun mendapatkan Piala Citra. Miris! Atau mungkin belum banyak orang yang mengetahui sang sutradara ini?

    Ya sudahlah..
    Nanti akan saya postingkan artikel yang saya tulis itu. Daripada saya panjang lebar menjelaskannya.

    Sekarang kembali pada tulisan saya. Byeee..

  15. Budaya konsumerisme memang tak bisa dijauhkan, masuknya pengaruh luar tak bisa dihindari. Saya pun merasa seperti itu saat ini, menjalani hidup sebagai seorang mahasiswa, banyaknya keinginan yang saya inginkan belum sedikitpun terpenuhi. Yogya sebagai kota yang perkembangannya setiap tahun terus maju. Masuknya pengaruh asing, baik barat maupun dari satu negara pun juga tak bisa diindahkan. Dunia fashion kini pun merebak di sudut Yogya. Gaya pakaian aneh-aneh yang menurut saya sendiri tak pantas dikenakan apalagi dalam istiadat orang Jawa yang terkenal sopan santun.

    Hmm..berbicara mode dalam konteks saat ini, ada yang menarik keingintahuan saya, tapi bukan berarti saya ingin mengenakannya (sumpah mati tak akan pernah). Celana selangkangan (bahasa saya) atau lebih kerennya hotpants (Hagz..sungguh saya merasa jijik untuk menulisnya). Model celana yang dikenakan diatas lutut (oleh para wanita/perempuan/cewe/bahkan mungkin banci), bahkan sampai ke selangkangan menjadi trend sejak lama di Yogya. Pertama kali saya menginjakkan tanah Yogya (dalam misi kuliah), saya begitu heran, bagaimana mungkin adat yang begitu sopan dalam berpakaian berubah menjadi hal yang benar-benar jauh dari kata santun, mungkin saya bisa dibilang ketinggalan zaman. Hagz..terserahlah.

    Saya selalu berpikir, apa enaknya ya mengenakan celana itu? Bahkan mereka pemakai-pemakainya tak kenal kata cuaca. Entah dingin ataupun panas tetap saja memakainya. Apa mungkin mereka disebut gaul?? Hagz..
    Ya..ketika budaya konsumerisme kebudayaan Barat apa mau dikata. Masuknya pengaruh luar tak bisa dihindari, toh itu tergantung orang masing-masing. Buat pembaca, jangan heran ya saya menyebutkan "celana selangkangan", karena saya melihatnya dengan mata kepala saya, kalau emang celana itu dikenakan tepat di selangkangan para pemakai. Saya juga berpikir, lebih baik ga usah memakainya saja ketimbang dipakai sama-sama seperti tak mengenakan celana. Nanggung!! Hagz..

    Saya teringat seorang kawan, yang pernah berucap bahwa dia sangat tak menyukai perempuan-perempuan yang memakai celana selangkangan. Tapi toh, ucapan berbeda dengan kenyataan, terakhir saya bertemu dengannya, pasangannya atau mungkin pacarnya mengenakan celana selangkangan itu. Hagz..saya hanya bisa tersenyum. Ingatan saya yang salah, atau dia yang lupa dengan ucapannya?? Hmmm...

    Budaya western memang menjadi hal yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Ada pusat perbelanjaan besar di Yogya (tanpa disebutkan tempatnya, pasti mengetahuinya), dimana tempat kaum kapitalis berkumpul (bukan saya yang berkata). Saat saya sedang berada disana, dan menulis status pada facebook, kakak kelas saya yang telah lulus dan berencana akan mengambil S2, mengkomentarinya (sebenarnya saya lupa isinya tapi inti dari komentarnya mengenai disanalah pusat kaum kapitalisme Yogya berkumpul). Agak kaget dengan apa yang dia tulis, saya kesana pun hanya ke toko bukunya. Ya, disadari atau tidak, perkataan kakak kelas saya yang telah lulus itu ada benarnya. Sedikit saya dibangunkan dari tidur panjang mengenai westernisasi disana. Tapi saya bukan menjadi bagian dari orang-orang penganut paham kapitalis yaa?? (serius!!)

    Yaa..sedikit tulisan saya mengenai ini. Mengenai hal ini pun saya dapatkan saat bangun tidur tadi pagi. Sekaligus ingin mengasah kemampuan menulis yang telah lama tak saya lakukan.
    Jika ada yang ga nyambung, maaf. Cuma ingin mengasah kebiasaan menulis (lagi..lagi alasan itu..)
    Jika ada yang tersinggung, salah sendiri kenapa merasa. Hagz..
    semua yang saya tulis saat saya hanya melihat, mendengar, dan merasakannya.

Diberdayakan oleh Blogger.