Rss Feed
  1. Malam Kelu

    Senin, 20 April 2015

    First time, nulis blog langsung dari handphone. Alasannya banyak, malas membuka laptop/pc, maupun malas untuk duduk berlama-lama di depan layar.


    Malam ini, Senin 20 April 2015, malam kelu. Sesak. Didukung dengan dada nyeri sebelah kiri. Entahlah, saya hanya tak mau mengeluh di depan kamu. Lebih banyak diam jadi pilihan. Karena ini terlalu berat, rasanya berat. Berat untuk melihat kamu, apalagi mendengar saran dan nasehatmu.


    Bibir terlalu kelu,  untuk menyampaikan bahwa saya ketakutan. Apa? Jauh dari kamu! 


    Jarak jauh bukan hal yang baru, hanya kali ini saya benar-benar merasa takut. Dari pengalaman yang sudah-sudah, seminggu kita pisah, kau hanya manis di awal, selebihnya larut dalam rutinitas yang membuat saya selalu berpikir, "kau sedang apa di sana?" Tanpa saya tahu apa jawabannya, pertanyaannya yang tak pernah saya selesaikan.


    Malam ini, kembali nasehat dan pesanmu, kau lontarkan, meski dalam hati saya bukan soal itu. Membuang muka bukan berarti tak mendengar, saya hanya memikirkan soal ketakutan, dan saran juga pesanmu. 


    Saya hanya terlalu malu, untuk bertanya, "sampai di sana nanti, seberapa lama kamu akan tetap berkomunikasi dengan saya?" 
    Sebab bosan, dengan ketakutan yang sejak dua minggu terakhir ini datang.


    Dengan absurdnya, kamu tetap terus berbicara, tak jarang guyonan jadi pilihan kamu untuk membuat saya tersenyum. Sesekali kepala mu ditidurkan di atas pahaku, sebagai kode kepalamu di belai, manja. Senang ketika melakukannya, hanya semakin dalam, saya cuma bisa menahan kelu untuk kesekian kalinya.


    Saya diam, lebih banyak diam bahkan. Yang saya harapkan, "besok temenin di bandara ya?" Atau "besok bisa ke bandara ngga?"


    Pikirmu, saya macam remaja ya. Saya pikir, orang jatuh cinta memang berkelakuan seperti anak sekolahan. Entahlah..


    Beberapa waktu yang lalu pun, kau bilang bahwa tak bisa menjanjikan apapun saat ini. Yang saya ingat lagi, kelak ketika kau datang kembali ke kota minyak ini, ada komitmen yang akan kamu beri untuk saya. Entah, saya harus menunggu berapa lama. Dan entah, itu komitmen seperti apa. 


    Besok, saya harus memulai untuk kembali lagi menjadi seorang yang mandiri. Kembali menjadi perempuan yang berpura-pura tangguh dengan segala tuntutan kerja. Dan kembali, menikmati sore sendiri. Makan siang, makan malam, akan saya lewati mungkin nanti bersama teman-teman.


    Kau tahu, saat ini di kamar, yang saya benar-benar saya ingat dan rasakan, adalah aroma kamu. Selintas, aroma tubuhmu menempel di baju yang saya kenakan ini. Sudahlah!


    Besok hari baru, menikmati waktu tanpa harus menunggu untuk bertemu. Tapi hari baru untuk menanti komitmen yang apakah itu baik atau buruk buat saya. Semoga kuat! Saya berharap kuat! Karena saya ingin kamu! Omen!



    Malam kelu, dengan samar geluduk diatas rumah
    Balikpapan, 20 Maret 2015




Diberdayakan oleh Blogger.