Rss Feed
  1. Setiap Awal Semester

    Sabtu, 10 Juli 2010

    Ini yang saya benci ketika kan masuk semester baru. Khususnya untuk para mahasiswa yang lebih mengejar nilai ketimbang pemahaman mereka akan materi-materi kuliah!

    Jujur, semester ini saya menyesal terlalu ngebacot, terlalu nyangkem, terlalu banyak protes saat diskusi/debat dalam kelas! Sumpah! Nilai-nilai yang dihasilkan pas-pasan. Padahal saya mati-matian mencari perhatian sama dosen-dosen itu.

    Satu seorang kawan sekelas yang selalu beruntung. Mendapat nilai yang mungkin terbagus dikelas, IP saja, mungkin termasuk dalam kategori cumlaude. Ah, saya muak dengan tingkahnya! Yang sok! Jelas, dalam kuliah lebih banyak diam, jadi anak manis, duduk mendengarkan, walaupun itu termasuk sesi diskusi. Tapi nilai yang dihasilkan selalu lebih baik.

    Sebenarnya apa sih yang menjadi patokan dosen-dosen dalam menilai mata kuliah itu? Okelah dia, termasuk yang panjang menuliskan jawaban,dari 10 baris hingga 20 baris. seperti merangkum saja! Lalu, bagaimana dengan yang lain, yang hanya menjawab secara garis besarnya saja. Ya, sekitar 5-10 baris. Jika itu memang yang menjadi patoka para dosen-dosen, aah, ada baiknya saya memprotes cara pemberian nilai seperti itu. Ga adil!

    Ok, saya memang berada dalam ranah sejarah. Apalagi sebagai seorang calon sejarawan. Mampu menganalisi sejarah, dengan dan benar. Lha, klo jawaban soal panjang lebar tapi intinya ga ada, ya sama aja boong!! Ngalor-ngidul ga jelas apa yg ditulis, yang penting ngerjain, panjang, selesai!

    Kampretlah!!

    Saya muak lama kelamaan dengan keadaan kuliah seperti ini. Protes menjadi cara satu-satunya yang harus dilakukan! Saya tak peduli! Saya butuh kejelasan, klo perlu KEADILAN!!!


  2. Perasaan Bodoh!

    Senin, 05 Juli 2010

    Sungguh beruntung dia yang menjadi kekasihmu, Hok Gie. Ah,entah dia masih kekasihmu atau bukan. Atau memang kamu amat mengharapkannya!!

    Perasaan saya bodoh!!

    Saya mau melupakanmu, Hok Gie.

    (asulah,ngelupain kowe kok yo sulit!!tapi saya akan berusaha!!saya ga mau terjebak!)

    Terimakasih utk kejujuranmu yang menyakitkan ya Hok Gie.

    Yogya, 4 Juli 2010, malam dingin!


  3. Ketika Saya Bertemu Tuhan #1

    Kamis, 01 Juli 2010

    Terjadi pada diri saya saat ini. Ketika bingung menentukan suatu pilihan yang terasa berat, Hanya satu jalan, menemui Tuhan. Entah bagaimana caranya. Ahh..jujur, saya terlalu malu. Selama ini saya selalu mengabaikan perintah-Nya, sedikit menjauhkan diri dari-Nya. Mungkin, Tuhan akan membuka tangan-Nya untuk saya, menerima saya dengan tulus, mengobrol dengan berbagai obrolan seputar masalah manusia dan dunia.

    Tapi, saya terlalu takut untuk mengunjunginya. Saya memang manusia biasa, namun Tuhan adalah Zat yang tak ada tandingannya, jadi ketika saya mencoba menemui-Nya hanya untuk meminta saran dan pendapat, apakah bisa? Saya yakin, Tuhan maha pemurah. Dia pasti menerima saya.

    Ahh..saya harus mencoba.

    Saya putuskan hari itu untuk menemuinya. Saya ketuk pintu surga dengan perasaan was-was. Dengan berdoa macam-macam dari semua agama, mulai Al-Qur'an sampai Alkitab. Ahh, bagaimanapun juga saya harus bertemu dengan Tuhan. Saya tak peduli! Saya butuh Dia !

    Perlahan pintu besar dengan emas 24 karat bening terbuka secara perlahan, semerbak bau surga seperti mawar, lili bercampur. Benar-benar harum tempat ini. Pasti, tak ada harum sewangi ini di dunia. Tak lama suara tanpa wujud pun terdengar.

    "Mau apa kamu kemari?"

    Ini pasti Ridwan, sang penyembah Tuhan paling setia, yang banyak orang mengatakan, bahwa dia malaikat yang sangat murah senyum sekali. Semoga saja dia juga begitu padaku.

    "Aku..aku..aku ingin bertemu dengan Tuhan." Jawabku terbata.

    "Untuk apa?"

    Saya menarik nafas dalam, dan menghembuskan perlahan, kemudian menjawab dengan setengah memohon.

    “Saya ingin meminta pendapat tentang beberapa hal dari-Nya. Bolehkah saya menemuinya? Sebentar saja. Setelah itu saya akan pergi.”

    Tawa meledak seketika. Menggelegar seperti petir di siang bolong.

    “Apa? Kamu ingin bertemu dengan Tuhan? Tak salah aku mendengarnya?”

    Aku terdiam. Ridwan melanjutkan.

    “Kamu pikir semudah itu kamu dapat bertemu dengannya? Apalagi hanya untuk bertanya dan mencari solusi dengan permasalahan sepelemu itu?”

    Dalam hati saya hanya bisa memaki Ridwan. Sombong sekali dia, mentang-mentang dia adalah penyembah Tuhan, paling setia. Apa dia tak memiliki masalah, hingga menganggap masalah saya adalah kecil dan sepele. Ternyata, omongan orang-orang tentang Ridwan yang sangat murah senyum itu hanya bohong belaka. Dia benar-benar angkuh!

    “Permasalahanmu memang sepele! Banyak manusia-manusia lain yang memiliki permasalahan yang lebih dari kamu miliki itu! Sudah, tak usah kamu memaki aku! Kamu akan aku ijinkan masuk, tapi tak lebih dari sejam!”

    Saya tertegun kaku, dan kaget. Bagaimana mungkin dia bisa membaca kata hati saya.

    “Tak perlu kamu cemaskan mengapa aku bisa mengetahui isi hatimu. Masuklah, aku akan menemanimu sampai ke dalam!”

    Dia benar-benar hebat. Dengan perasaan campur aduk, saya masuki surga. Wanginya semakin tajam, saya semakin nyaman berada di dalam. Tak lama, muncullah sinar keputihan, yang dengan perlahan membentuk kepala, kaki, tangan dan wajah. Semakin jelas pemandangan di depan saya itu. Wajahnya benar-benar rupawan. Dia pasti Ridwan. Ya saya yakin! Saya tepiskan tentang deskripsi saya akan kesombongannya. Dia memang murah senyum (bersambung)

  4. Aaah..terlalu munafik jika saya mengatakan bahwa saya membencimu!!

    Tidak sayang..sedikitpun saya tak pernah membencimu. Saya selalu setia menunggumu. Walau kamu selalu bercerita dengan santai tentang mantan kekasihmu itu. Saya heran, kenapa kamu selalu membicarakannya? Apakah tak ada wanita lain, penggantinya? Apa yang kamu sukai darinya? Dia hanya wanita seperti kebanyakan, wanita biasa, walaupun dia memiliki pemikiran yang sama dan ideologi yang sama pula denganmu. Saya iri dengannya.

    Dan pagi ini, seperti biasa. Kamu kembali menceritakan hal yang sama. Hal yang diulang-ulang. Hal yang itu-itu saja. Tidakkah kamu berpikir, jika saya jenuh dengan ceitamu itu. Tidakkah kamu berpikir, jika saya menahan rasa ketersinggungan akan sikap kamu itu? Kamu selalu dingin!! Kamu hanya memikirkan mantan kekasihmu.

    Kamu tahu, sayang. Kemarin saya bertemu dengan mantan kekasihmu itu. Dia seperti biasa, menegur saya dengan kuluman senyum termanisnya. Ya, saya akui, dia memang menarik. Cerdas, pintar, berani, tegas. Aah..ingin saya mengoyak wajah manis dengan bibir bagai bulan sabit itu. Memotong rambut pendeknya, menariknya, hingga kamu tak menyukainya lagi, sayang!! Kamu tahu, dia menceritakan kegiatan organisasinya hari ini pada saya. Bagaimana dia bertemu dengan orang-orang dalam birokrasi ribet dan tak jelas. Ahh..begitu bangganya dia. Saya pun hanya bisa tersenyum, mengangguk, dan mengiyakan. Mau gimana lagi, karena mantan kekasihmu adalah sahabatku.


Diberdayakan oleh Blogger.