Ini yang saya benci ketika kan masuk semester baru. Khususnya untuk para mahasiswa yang lebih mengejar nilai ketimbang pemahaman mereka akan materi-materi kuliah!
Jujur, semester ini saya menyesal terlalu ngebacot, terlalu nyangkem, terlalu banyak protes saat diskusi/debat dalam kelas! Sumpah! Nilai-nilai yang dihasilkan pas-pasan. Padahal saya mati-matian mencari perhatian sama dosen-dosen itu.
Satu seorang kawan sekelas yang selalu beruntung. Mendapat nilai yang mungkin terbagus dikelas, IP saja, mungkin termasuk dalam kategori cumlaude. Ah, saya muak dengan tingkahnya! Yang sok! Jelas, dalam kuliah lebih banyak diam, jadi anak manis, duduk mendengarkan, walaupun itu termasuk sesi diskusi. Tapi nilai yang dihasilkan selalu lebih baik.
Sebenarnya apa sih yang menjadi patokan dosen-dosen dalam menilai mata kuliah itu? Okelah dia, termasuk yang panjang menuliskan jawaban,dari 10 baris hingga 20 baris. seperti merangkum saja! Lalu, bagaimana dengan yang lain, yang hanya menjawab secara garis besarnya saja. Ya, sekitar 5-10 baris. Jika itu memang yang menjadi patoka para dosen-dosen, aah, ada baiknya saya memprotes cara pemberian nilai seperti itu. Ga adil!
Ok, saya memang berada dalam ranah sejarah. Apalagi sebagai seorang calon sejarawan. Mampu menganalisi sejarah, dengan dan benar. Lha, klo jawaban soal panjang lebar tapi intinya ga ada, ya sama aja boong!! Ngalor-ngidul ga jelas apa yg ditulis, yang penting ngerjain, panjang, selesai!
Kampretlah!!
Saya muak lama kelamaan dengan keadaan kuliah seperti ini. Protes menjadi cara satu-satunya yang harus dilakukan! Saya tak peduli! Saya butuh kejelasan, klo perlu KEADILAN!!!
0 komentar:
Posting Komentar