Budaya konsumerisme memang tak bisa dijauhkan, masuknya pengaruh luar tak bisa dihindari. Saya pun merasa seperti itu saat ini, menjalani hidup sebagai seorang mahasiswa, banyaknya keinginan yang saya inginkan belum sedikitpun terpenuhi. Yogya sebagai kota yang perkembangannya setiap tahun terus maju. Masuknya pengaruh asing, baik barat maupun dari satu negara pun juga tak bisa diindahkan. Dunia fashion kini pun merebak di sudut Yogya. Gaya pakaian aneh-aneh yang menurut saya sendiri tak pantas dikenakan apalagi dalam istiadat orang Jawa yang terkenal sopan santun.
Hmm..berbicara mode dalam konteks saat ini, ada yang menarik keingintahuan saya, tapi bukan berarti saya ingin mengenakannya (sumpah mati tak akan pernah). Celana selangkangan (bahasa saya) atau lebih kerennya hotpants (Hagz..sungguh saya merasa jijik untuk menulisnya). Model celana yang dikenakan diatas lutut (oleh para wanita/perempuan/cewe/bahkan mungkin banci), bahkan sampai ke selangkangan menjadi trend sejak lama di Yogya. Pertama kali saya menginjakkan tanah Yogya (dalam misi kuliah), saya begitu heran, bagaimana mungkin adat yang begitu sopan dalam berpakaian berubah menjadi hal yang benar-benar jauh dari kata santun, mungkin saya bisa dibilang ketinggalan zaman. Hagz..terserahlah.
Saya selalu berpikir, apa enaknya ya mengenakan celana itu? Bahkan mereka pemakai-pemakainya tak kenal kata cuaca. Entah dingin ataupun panas tetap saja memakainya. Apa mungkin mereka disebut gaul?? Hagz..
Ya..ketika budaya konsumerisme kebudayaan Barat apa mau dikata. Masuknya pengaruh luar tak bisa dihindari, toh itu tergantung orang masing-masing. Buat pembaca, jangan heran ya saya menyebutkan "celana selangkangan", karena saya melihatnya dengan mata kepala saya, kalau emang celana itu dikenakan tepat di selangkangan para pemakai. Saya juga berpikir, lebih baik ga usah memakainya saja ketimbang dipakai sama-sama seperti tak mengenakan celana. Nanggung!! Hagz..
Saya teringat seorang kawan, yang pernah berucap bahwa dia sangat tak menyukai perempuan-perempuan yang memakai celana selangkangan. Tapi toh, ucapan berbeda dengan kenyataan, terakhir saya bertemu dengannya, pasangannya atau mungkin pacarnya mengenakan celana selangkangan itu. Hagz..saya hanya bisa tersenyum. Ingatan saya yang salah, atau dia yang lupa dengan ucapannya?? Hmmm...
Budaya western memang menjadi hal yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Ada pusat perbelanjaan besar di Yogya (tanpa disebutkan tempatnya, pasti mengetahuinya), dimana tempat kaum kapitalis berkumpul (bukan saya yang berkata). Saat saya sedang berada disana, dan menulis status pada facebook, kakak kelas saya yang telah lulus dan berencana akan mengambil S2, mengkomentarinya (sebenarnya saya lupa isinya tapi inti dari komentarnya mengenai disanalah pusat kaum kapitalisme Yogya berkumpul). Agak kaget dengan apa yang dia tulis, saya kesana pun hanya ke toko bukunya. Ya, disadari atau tidak, perkataan kakak kelas saya yang telah lulus itu ada benarnya. Sedikit saya dibangunkan dari tidur panjang mengenai westernisasi disana. Tapi saya bukan menjadi bagian dari orang-orang penganut paham kapitalis yaa?? (serius!!)
Yaa..sedikit tulisan saya mengenai ini. Mengenai hal ini pun saya dapatkan saat bangun tidur tadi pagi. Sekaligus ingin mengasah kemampuan menulis yang telah lama tak saya lakukan.
Jika ada yang ga nyambung, maaf. Cuma ingin mengasah kebiasaan menulis (lagi..lagi alasan itu..)
Jika ada yang tersinggung, salah sendiri kenapa merasa. Hagz..
semua yang saya tulis saat saya hanya melihat, mendengar, dan merasakannya.
-
Dari Celana Selangkangan Sampai Ke Kapitalis
Minggu, 28 Maret 2010
Diposting oleh Amanda Liony di 13.59 | Label: absurditas otak, News Update | Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook |
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar