Rss Feed
  1. Ketika Saya Bertemu Tuhan #1

    Kamis, 01 Juli 2010

    Terjadi pada diri saya saat ini. Ketika bingung menentukan suatu pilihan yang terasa berat, Hanya satu jalan, menemui Tuhan. Entah bagaimana caranya. Ahh..jujur, saya terlalu malu. Selama ini saya selalu mengabaikan perintah-Nya, sedikit menjauhkan diri dari-Nya. Mungkin, Tuhan akan membuka tangan-Nya untuk saya, menerima saya dengan tulus, mengobrol dengan berbagai obrolan seputar masalah manusia dan dunia.

    Tapi, saya terlalu takut untuk mengunjunginya. Saya memang manusia biasa, namun Tuhan adalah Zat yang tak ada tandingannya, jadi ketika saya mencoba menemui-Nya hanya untuk meminta saran dan pendapat, apakah bisa? Saya yakin, Tuhan maha pemurah. Dia pasti menerima saya.

    Ahh..saya harus mencoba.

    Saya putuskan hari itu untuk menemuinya. Saya ketuk pintu surga dengan perasaan was-was. Dengan berdoa macam-macam dari semua agama, mulai Al-Qur'an sampai Alkitab. Ahh, bagaimanapun juga saya harus bertemu dengan Tuhan. Saya tak peduli! Saya butuh Dia !

    Perlahan pintu besar dengan emas 24 karat bening terbuka secara perlahan, semerbak bau surga seperti mawar, lili bercampur. Benar-benar harum tempat ini. Pasti, tak ada harum sewangi ini di dunia. Tak lama suara tanpa wujud pun terdengar.

    "Mau apa kamu kemari?"

    Ini pasti Ridwan, sang penyembah Tuhan paling setia, yang banyak orang mengatakan, bahwa dia malaikat yang sangat murah senyum sekali. Semoga saja dia juga begitu padaku.

    "Aku..aku..aku ingin bertemu dengan Tuhan." Jawabku terbata.

    "Untuk apa?"

    Saya menarik nafas dalam, dan menghembuskan perlahan, kemudian menjawab dengan setengah memohon.

    “Saya ingin meminta pendapat tentang beberapa hal dari-Nya. Bolehkah saya menemuinya? Sebentar saja. Setelah itu saya akan pergi.”

    Tawa meledak seketika. Menggelegar seperti petir di siang bolong.

    “Apa? Kamu ingin bertemu dengan Tuhan? Tak salah aku mendengarnya?”

    Aku terdiam. Ridwan melanjutkan.

    “Kamu pikir semudah itu kamu dapat bertemu dengannya? Apalagi hanya untuk bertanya dan mencari solusi dengan permasalahan sepelemu itu?”

    Dalam hati saya hanya bisa memaki Ridwan. Sombong sekali dia, mentang-mentang dia adalah penyembah Tuhan, paling setia. Apa dia tak memiliki masalah, hingga menganggap masalah saya adalah kecil dan sepele. Ternyata, omongan orang-orang tentang Ridwan yang sangat murah senyum itu hanya bohong belaka. Dia benar-benar angkuh!

    “Permasalahanmu memang sepele! Banyak manusia-manusia lain yang memiliki permasalahan yang lebih dari kamu miliki itu! Sudah, tak usah kamu memaki aku! Kamu akan aku ijinkan masuk, tapi tak lebih dari sejam!”

    Saya tertegun kaku, dan kaget. Bagaimana mungkin dia bisa membaca kata hati saya.

    “Tak perlu kamu cemaskan mengapa aku bisa mengetahui isi hatimu. Masuklah, aku akan menemanimu sampai ke dalam!”

    Dia benar-benar hebat. Dengan perasaan campur aduk, saya masuki surga. Wanginya semakin tajam, saya semakin nyaman berada di dalam. Tak lama, muncullah sinar keputihan, yang dengan perlahan membentuk kepala, kaki, tangan dan wajah. Semakin jelas pemandangan di depan saya itu. Wajahnya benar-benar rupawan. Dia pasti Ridwan. Ya saya yakin! Saya tepiskan tentang deskripsi saya akan kesombongannya. Dia memang murah senyum (bersambung)

  2. 0 komentar:

    Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.