-
#manyfactsaboutme #1
Kamis, 18 September 2014
Tulisan ini semacam meniru apa yang sedang booming di instagram, sebuah sosial media yang setiap pemilik akunnya bisa memposting foto atau gambar mereka.
Mungkin di instagram diberi judul dengan hashtag #20factsaboutme sedangkan pada tulisan ini, tidak hanya 20 tapi mungkin bisa banyak, atau bahkan bisa kurang. Yang jelas saya tidak akan mencantumkan nomor-nomornya.
Dan tulisan ini dibuat ketika otak saya sendiri penuh dengan sebuah, sebuah apa ya? Masalah? Bukan, bukan masalah. Tetapi pikiran, yang kadang menjadi sebuah masalah dalam benak saya sendiri. Entahlah..
Mari dimulai...
- saya suka Senja. Buat saya Senja itu cantik. Penuh kejutan, kadang misterius. Kadang kita tak tahu apa yang terjadi saat Senja tiba. Senja saya sukai sejak hampir setahun yang lalu. Saya sendiri tidak tahu apa penyebabnya. Hanya, ketika Senja saya sering dalam posisi sendiri, menikmati Senja yang datang entah itu dari gunung, dipantai, pinggir jalan raya, pinggiran jembatan diatas kali yang mengalir. Tapi, yang paling saya sering lakukan adalah melewati Senja ketika sedang mengendarai motor. Perlahan, menikmati Senja dengan kesendirian. Dan selalu mengucap syukur bahwa saya masih bisa menikmati Senja kesekian kalinya. Masih soal Senja, saya suka mengibaratkan Senja adalah diri sendiri. Dicintai ketika waktu tiba, lalu begitu hilang akan dilupa begitu saja. Senja yang malang :))
- Selain Senja, saya pun juga senang menikmati hujan. Dingin, bahkan penuh kenangan. Hal-hal yang saya lewati dan penuh memori lalu, kebanyakan ketika hujan. Itu sebabnya saya lebih memilih kehujanan daripada harus memakai jas hujan. Dan itu sudah sering kali saya lakukan beberapa bulan terakhir.
Hujan pun kadang menjadi teman tidur yang menyenangkan. Tutup mata, buka jendela ketika hujan, nikmati suaranya.
Kalau ada petir itu lain soal :D
- Coklat. Perempuan mana yang tidak suka coklat? Jawabannya hanya satu, perempuan yang menjalani program diet. Karena tubuh kurus saya inilah, saya suka makan makanan manis. Terlebih coklat. Coklat kemasan untuk konsumsi yang pasti, bukan coklat murni yang belum dimasak.
- Es krim. Cemilan manis, dingin, dan menyenangkan. Hal terakhir di tanah rantau yang saya lakukan, menikmati es krim dalam Senja :)
- Buku. Terlebih lagi novel. Seseorang yang dulu pernah dekat dengan saya pun sangat suka menghadiahi novel. Ya, mungkin karena kebiasaan saya yang suka membaca, dan keinginan saya yang bercita-cita memiliki perpustakaan pribadi. Dalam posisi saya yang hobi dan doyan "ngambek", dia selalu menghadiahi saya novel sebagai ucapan maaf. Tapi sayangnya, karena sesuatu hal dan melupakan kenangan, saya lebih memilih untuk mengembalikan semua barang yang pernah dia beri. Yang saya ingat, terakhir saya berkunjung ke rumahnya, barang-barang yang saya kembalikan masih ada dalam tas yang saya bawa untuk membawa hadiah darinya. Mungkin sekarang barang-barang itu telah dihibahkan ke orang lain, atau di buangnya, atau bahkan di bakarnya :)
- Posesif. Ini jelek. Iya. Jangan kan pada sebuah hubungan dengan laki-laki. Pada barang saja saya posesif. Buku misalnya, saya sangat jarang meminjamkannya pada orang lain. Kalau tidak dipaksa :)
- sangat dekat dengan bapak. Dari bayi sampai sekarang memang cenderung dekat dengan bapak. Yang mengajari memancing, bapak. Yang mengajari masak nasi, bapak. Yang mengajari kupas bawang merah, bapak. Yang mengajari masak ayam kecap menu yang selalu dimasak kala masih anak kost, juga dari bapak. Bapak mengajarkan banyak hal sama saya. Terakhir waktu galau soal pekerjaan, bapak bilang "jalaninnya jangan terpaksa, kalau terpaksa mending ga usah dijalanin. Kalau kamu ikhlas, dan menikmatinya, Insha Allah akan sukses."
Itu sebabnya dalam diri saya lebih penuh sifat kelaki-lakian, dari pada wanita. Etapi ngga juga ding, saya kadang bersikap wanita, nggosipin orang misalnya :p
- pemakai kacamata. Ya, saya memakai kacamata sejak kelas X. Waktu itu lebih sering lepas pasang. Ketika belajar dalam kelas saya pakai, diluar itu saya lepas. Ternyata efeknya sangat buruk. Minus bertambah. Penglihatan jarak jauh semakin minim, akhirnya kelas XI secara resmi saya adalah pemakai kacamata tetap. Ini juga diperparah kebiasaan baca buku sambil tidur.
- Jorok! Yaa, keliatannya saja saya bersih dan sempurna. Tapi bagi mereka yang pernah berkunjung ke kamar kost saya, akan tahu seperti apa rupa kamar kost saya :))
- Saya tidak bisa memasak selain makanan ini: ayam kecap, tumis kangkung, sayur bening, telur goreng, nasi goreng, tahu/tempe, sambal mentah, tumis jagung muda.
Selain yang disebutkan, jangan harap saya bisa!
- menyendiri dan jalan-jalan. Jalan-jalan sendirian sudah hal lumrah bagi saya, sejak hidup di tanah rantau.
- kopi, buku, dan sunyi buat saya adalah satu kesatuan buat saya. Tapi terkadang kopi saya ganti dengan minuman coklat :)
- Sastra. Suka bahasa, kalimat, puisi, sejak bangku SMP. Itu sebabnya pekerjaan saya saat ini tak jauh dari tulis menulis dan hobi jalan-jalan. Emmm, satu lagi, hobi menyendiri. Pekerjaan ini cocok untuk seorang penyendiri. Mungkin saja :))
- berbicara cita-cita, saya ini labil. Tapi labil ini berpengaruh dari hal yang saya alami. Sejak SMA saya ingin sekali menjadi guru. Sampai sekarang, saya selalu mengagumi profesi ini. Tapi sayang, ada hal yang mengubah cita-cita saya itu. Lingkungan dan passion. Mungkin guru saat ini hanya tinggal impian. Saya juga tidak berharap untuk menjadi guru, kalau diberi kesempatan saya ingin mengajar satu hari saja, baik itu di SD, SMP, SMA. Ada yang bisa memfasilitasi? :
- Bayi montok, lucu, menggemaskan. Jangan harap bisa lepas dari saya :)
Mungkin segini saja. Sudah terlalu lelah berlama-lama di depan pc. Masih akan ada kelanjutan. Semoga.
--TO BE CONTINUE--Diposting oleh Amanda Liony di 20.21 | Label: absurditas otak, kisah ku | 1 komentar | Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook |
-
Menyapa Kopi
Rabu, 16 Juli 2014
Hai Kopi, apa kabarmu?
Kamu merinduku?
Apakah kamu masih pahit seperti biasa?
Apa kamu masih lengkap bercumbu dengan ampas hitam?
Oh Kopi, sudah setahun lebih kita tak bercengkrama mesra melewati dini hari yang sunyi..
Bercanda dengan setumpuk pikiran ku yang kalut,
dengan deras ide yang hampir terealisasi..
Bahkan dahulu, kamu selalu aku sandingkan dengan nikotin favoritku. Kini.. itu hanya sebuah manis asam garam keadaanku.
Kau tahu Kopi, kamu memang belum mencanduku, tetapi aku juga tak menyelingkuhimu
Kamu tetap sama, selalu ada dalam daftar yang ingin ku reguk, bersama kesendirian melupakan kenangan, di suatu Senja yang manis..
Hanya sekarang tak ada alasan untuk bermesraan denganmu, Kopi.
Mungkin nanti..
Aku hanya ingin menyapamu Kopi
Mari kita berdamai bersama..
Balikpapan, bilik enam, Ramadhan kesekian16 Juli 2014, Senja dalam tekananDiposting oleh Amanda Liony di 16.24 | Label: absurditas otak, seperti puisi | 2 komentar | Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook |
-
AKU (BUKAN) SENJA
Senin, 14 Juli 2014
Senjaku kemana?Hilang!Aku merasa jauh, aku bukan lagi Senja..Tak ada lagi yang menyapa..Dia pergiMelupakanSenja sendiri? Tidak, Senja hilang dari aku.Aku bukan lagi Senja.Aku merindu SenjaBersama kamu, bukan kamu yang sekarangMohon...Sapa aku dengan SenjaKarena aku memang Senja.Indah, tapi sementara.AKU SENJA!Balikpapan, mendung, bilik sembilan, di bulan Ramadhan14 Juli 2014, ketika Senja tak mampu lagi merinduDiposting oleh Amanda Liony di 14.58 | Label: absurditas otak, seperti puisi | 1 komentar | Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook |
-
Hello guys :DI'm back again :)Yupp, di Ramadhan hari kesekian ini, saya masih selow. Dan masih glundang-glundung dikamar :|Di postingan kali ini masih bercerita soal kehidupan saya di Jogja. Kali ini soal, para bakulers (sebutan buat penjaja makanan langganan :D ) yang sudah saya anggap keluarga sendiri. Ga banyak kok, yang penting ada :DOke, saya menulis urutan acak, tidak ada kesenjangan siapa yang jadi favorit. Semuanya sama, sebab mereka sudah saya anggap keluarga sendiri.
1. Panjul, Juragan (Mie) Ayam KampusJudulnya cuma buat lucu-lucuan, bukan yang sebenarnya :DSaya atau bahkan kami yang biasa ngumpul, dan nongkrong di kantin kampus fakultas menyebut/memanggil mereka dengan sebutan Panjul, just Panjul. Sopan? Jelas tidak saya pikir. Sebab kami usianya terpaut jauh dengan si Panjul ini. Tapi, si Panjul ini sudah biasa. Tua-muda selalu memanggil beliau hanya dengan nama itu.Si Panjul ini orangnya terbuka sama siapa aja, mudah dekat dengan siapapun. Bahkan ketika saya ada masalah keuangan, saya selalu curhat dengan Om Panjul (saya biasa memanggil beliau dengan sebutan Om via sms, tapi klo manggil tetap "Panjul" :D ). Beliau tidak membantu secara langsung tapi akan memberikan jalan keluarnya, terserah saya mau menjalankannya atau tidak.Bahkan ketika pengalaman hape hilang, saya minta tolong beliau buat dicarikan hape murah. Setelah obrol sana sini, saya sama Om Panjul ini janjian ketemu di suatu malam di tempat penjualan hape di daerah Moses. Bener-bener ngebantuin sampe saya dapet hape murah disana. Nuwun nggeh Om :DOm Panjul ini jiwanya muda, walau sebenarnya ngga muda. Kabar soal desas desus yang lagi in di kampus dia bisa paham. Nanya orang ini, orang itu dia sudah khatam. Kayanya seluruh mahasiswa di FIS di kenalnya -_-Obrolan dengan beliau bermacam-macam, dari yang serius, ringan, sampe yang tahap cabul sekalipun. Kemungkinan satu-satunya perempuan yang diajak ngobrol saru cuma saya. Entahlah..Panjul Mie Ayam, cukup legenda dilingkungan kampus. Mulai berjualan di sekitar kampus sejak 2000. Menurut penuturannya, beliau berjualan di seputaran rektorat. Kemudian pindah lapak diarea FIS (kala itu masih bernama FISE). Tahun 2009, gerobak mie ayam beserta pemiliknya pindah area penjualan menjadi di dalam kampus FIS, tepatnya di kantin yang ada di timur Fakultas.Waktu menjajah kantin, saya dan yang lain tak seberapa akrab dengan beliau, malah saya ngga pernah jajan mie ayamnya. Berbeda dengan kakak-kakak kelas saya, mereka sangat akrab sekali, cukup akrab bahkan kakak angkatan saya itu terbiasa ngutang :3Kemudian kantin dipugar, direnovasi, ada penambahan ruang diluar kantin. Tempat jadi luas, dan gerobak mie ayam Panjul menguasainya. Nah, sejak itu saya dan kawan kelas lain mulai mengakrabi diri dengan beliau :DSaya, waah jangan ditanya. Njarah kerupuk pangsit yang ada di kaleng gerobaknya sudah biasa untuk saya dan yang lain. Bahkan saya sangat sering njarah ayam yang dijadikan pelengkap menu utamanya. Jadi, misal saya pengen nasi, tapi saya ga mau pke lauk yg ada dijual si ibu gendut nan cerewet itu, ayam dari Panjul lah yang saya jarah. Beli nasi di tmp ibu gendut, lauknya dari Panjul. Huahahahahahahaha..Beberapa kali saya dapat kritikan dari kakak kelas sama kegiatan njarah menjarah itu. Saya mah sebodo, selama Om Panjul masih oke dan bilang "nyante wae mbak", saya tetap teruskan :DHanya kebiasaan itu berubah dan hilang semenjak saya pke jilbab, kenapa? Ya biar lebih santun aja lah :DArea Mie Ayam Panjul ini biasa dijadikan tempat ngumpul, misal janjian sama teman, "ketemu dimana Nda?" dengan pasti saya selalu jawab "dipanjul aja!" Haha.Area ini sebenarnya juga ga asyik-asyik banget buat nongkrong, tapi karena ada keakraban dengan juragannya, ya sutralah, selalu jadi pilihan tempat berkumpul, tempat bersosialisasi, tempat nyinyir, tempat bribik, de el el.Dari area ini juga saya banyak dapat kenalan, saya dapat banyak teman. Saya ga mau cerita soal ini, yang jelas dari area ini, saya sering di BRIBIK dari jurusan sebelah ! Damn!
2. Pak Felix, Juragan Angkringan Depan KampusNah ini, bakulers yang sangat dekat dengan mahasiswa dari berbagai fakultas di UNY. Dari angkringan ini, saya belajar makan nasi kucing, saya belajar makan kepala ayam bakar. Awal saya di Jogja, saya ngga pernah yang namanya mencicipi nasi kucing. Pertanyaan pertama, "emang enak?", "emang bersih makan di angkringan?" dan beberapa pertanyaan sok borjuis lainnya.Dulu banget, Pak Felix selalu berjualan dengan rekannya, Pak Temon. Tak heran spanduk yang ditulis "ANGKRINGAN TEMON FELIX". Namun karena alasan apa, sudah setahun terakhir mereka berdua bergantian jualan, jika minggu ini Pak Felix, maka minggu berikutnya si Pak Temon.Saya sendiri lebih akrab dengan Pak Felix daripada Pak Temon, mungkin karena sifat kebapakan yang ada diri Pak Felix.Pak Felix ini lucu, kalo ada saya doyannya becanda, becanda sekaligus ngece sih -_-Sebenarnya saya sama Pak Felix kenal karena seseorang, iya, mantan saya yang mahasiswa Sosiologi itu. Dia kenal, dan akrab dengan Pak Felix begitu juga dengan Pak Temon. Ketika saya sudah putus pun, saya masih sering makan disana, sendirian :DSeperti halnya Panjul, Pak Felix ini juga banyak mengenal mahasiswa, khususnya mahasiswa yang ikut UKM. Jadi wajar, angkatan tua banyak mengenal beliau, begitu juga beliau sendiri.Menu utama yang jadi langganan saya dan sangat dihafal Pak Felix adalah kepala ayam yang dibakar gosong di seluruh permukaannya :)Semenjak belajar di angkringan depan kampus ini lah, saya doyan menjelajah angkringan-angkringan yang ada di Jogja. Tak jarang saya menjelajahnya sendirian.Menjelang kepulangan saya ke Kalimantan, setiap harinya saya mengunjungi dan makan di Angkringan Pak Felix. Selalu memesan yang sama. Bosan? Ngga! Wong murah meriah dan mengenyangkan kok :D3. Mbak Santi, sang kasir kantin :DSebenarnya, Mbak Santi ini kasir di kantin, bakulannya cuma minum-minuman, macam es teh, teh hangat, kopi de el el.Dan kenal Mbak Santi ini ya sejak saya masuk di UNY.Awalnya ga bagitu akrab, tapi keseringan nongkrong di kantin, membuat saya harus mengakrabkan diri dengannya. Mbak Santi ini orangnya asyik, santai, padahal sudah termasuk ibu-ibu, gayanya yang ceplas-ceplos mudah dekat dengan mahasiswa FIS.Beberapa kali saya sering ngobrol banyak persoalan sama Mbak Santi, masalah rumah tangga, masalah asmara, soal kuliah de es be.Terakhir saya curhat dan cerita masalah asmara yang ribet, malesi, njelei, dan ngeselin. Berhubung sudah banyak pengalaman, ya dia menyampaikan saran, memberi pendapat, dan berbagi cerita. Ga ada yang spesial sih dari cerita saya sama Mbak Santi ini, tapi hal yang selalu diingat Mbak Santi dari saya, "Goodday Chocino es, tanpa gula" :)4. Juragan Sate Dekat KostNah ini, sampai sekarang saya ngga pernah tahu nama si bapak. Walau di spanduk namany "Sate Ayam dan Kambing Cak Sulaeman", tapi percaya deh, namanya bukan Sulaeman. Sebab, pemilik aslinya saya kenal :DSi bapak yang tinggal di Wonosari ini sudah kenal banget sama saya, saya sering, bahkan doyan makan sate ditempat beliau, sendirian. Sudah jadi hal lumrah, maka ketika saya ajak teman, dan saya berkunjung sendiri lagi, si bapak pasti bakal nanya, "lha temannya kemaren kemana?"Sate ayam dengan teh hangat dan potongan bawang yang banyak. Itu menu yang selalu saya pesan. Si bapak juga paham. Harga, cukup Rp. 10.000/porsi. Anehnya, kalo sama pelanggan yang lain, si bapak ini selalu memasang tarif diatas Rp. 10.000. Mungkin karena saya pelanggan terlama, dan tetap. Gimana tidak, sudah berganti pacar saya selalu ngajak mereka yang pernah jadi pacar saya untuk kesitu, dan itu sudah berlangsung sejak 2009 sampai saya lulus dalam keadaan single -.-
5. Ibu Bakulers KledokanIni juga saya ngga tau nama si ibu :DTapi si ibu ini baaaaaaaaaaaaaaaaaaaiiiiiiiiiiiiiiiiiikkkkkkkkkkkkk banget.Sudah anggap saya anak sendiri. Dan beliau orang kesekian yang paham menu-menu favorit saya disitu, tahu kremes, dan cah kangkung. Kenapa saya sebut Kledokan, karena memang tempatnya di Jalan Kledokan, Babarsari.Saya sering kesini sendirian, bahkan terlampau sering. Saya kenal tempat dan pemiliknya karena dulu lokasi tempat saya bekerja partime tepat disebelah warung si ibu. Sebelum masuk jam shift, saya selalu memilih tempat ini untuk mengisi perut, bahkan ketika libur bekerja pun pasti saya selalu kesini.Semenjak resign dari tempat bekerja itu, frekuensi saya datang dan makan disana tak berkurang. Dengan menu yang sama, tahu kremes dan cah kangkung. Padahal menu lainnya juga banyak, tapi menu itu selalu jadi pilihan utama. Aku kan orang setia :3Fufufufufufufu~Duuh, kangen cah kangkungnya, bu :(Balikpapan, mendung, bilik sembilan, di bulan Ramadhan14 Juli 2014, dalam kerinduan yang tak bertepi~
Diposting oleh Amanda Liony di 14.43 | Label: absurditas otak, isenk, kisah ku | 2 komentar | Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook |
-
Belajar Fotografi #4: Oleh-Oleh Dari Gunung
Minggu, 06 Juli 2014
Mini beautiful on Mt. Lawu. 3265 mdpl
Edelweis Sedang Mekar - Mt. Merbabu 3142 mdpl
Sunrise: Samudra Awan - Mt. Merapi 2913 mdpl
Jenis Kamera: Sony DSC - W610Diposting oleh Amanda Liony di 16.14 | Label: belajar fotografi, travelling | 10 komentar | Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook |
-
Diposting oleh Amanda Liony di 16.00 | Label: belajar fotografi, isenk, travelling | 5 komentar | Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook |
-
Sudah Hampir Enam Tahun Berkawan
Jumat, 04 Juli 2014
Hallo, setelah beberapa bulan vakum dari dunia per-blogging-an, saya akhirnya kembali :DSekarang tepat hari ke-tujuh bulan Ramadhan menurut Muhammadiyah, dan hari ke-enam menurut pemerintah. Tepat di Ramadhan 2014 ini, saya sudah resmi bukan lagi seorang mahasiswa. Saat menulis blog dan mempostingnya sekarang pun saya berada di salah satu bilik warnet di rumah yang dikelola orang tua saya sendiri, lumayan kan browsing gratis :DDisini saya ingin bernostalgia dengan kampus saya, bukan, bukan dengan kampus, melainkan dengan kawan-kawan sekelas saya, Ilmu Sejarah UNY 2008. Yak, disini sedikit membicarakan sebagian teman-teman saya itu. Dulu sekali, saya lupa tepatnya tahun berapa, seorang kawan juga pernah menulisnya di note facebook, judulnya Review Tahun Pertama di UNY (Part 3) *sangat terpaksa stalk akun facebook dia -_-Di note ini, kawan saya dengan sangat gamblang menceritakan sikap dan kelakuan masing-masing penghuni Ilmu Sejarah UNY 2008. Positif-negatif dengan runtut dan menurut sudut pandangnya. Kali ini saya akan melakukan yang sama, menceritakan masing-masing personal. Bukan maksud mengikuti atau menyaingi tulisan yang pernah ada sebelumnya, tapi ini sebagai perasaansedihsaya yang harus kembali ke tanah kelahiran. Otomatis, rasa untuk berkumpul seperti dulu kala masih kuliah itu sangat besar. Hanya untuk berkumpul, berceloteh, dan ngece :))Kita mulai dari (si)apa dulu?
Foto ini diambil tahun 2011, saat kegiatan KKL Jakarta-Bandung 1. SurotoAkun facebooknya, entah masih aktif atau tidak bernama Tukrek Prawirodirjo. Entah apa arti nama itu. Mungkin dia malu menggunakan nama SUROTO. Memiliki tubuh tinggi dan besar, termasuk orang yang cerdas. Kenapa saya bisa bilang seperti itu, karena itulah yang saya kenal dari Roto, begitu saya menyebutnya :DRoto seorang kawan yang sangat suka membaca, tak hanya sejarah, soal sastra pun dibaca (mungkin) habis olehnya. Kesenangannya membaca ini kadang mendukung argumen-argumennya dalam berdiskusi. Bahkan soal tulisan, atau apapun yang tak saya pahami, orang pertama yang saya cari adalah dia.Pemalas, mungkin sematan yang pantas untuknya. Bagaimana tidak, ujian skripsi bulan Juli 2013 (tepatnya saya lupa kapan, tapi sepertinya memang bulan segitu) sampai sekarang, Juli 2014, itu revisi pasca ujian belum diurusnya. Ada banyak alasan mungkin, hanya Tuhan yang tahu. Saya selalu menganggap Roto ini memang cerdas dan pintar, tapi sayang dia termasuk orang yang jika dibahasa Jawa-kan "nggampangke". Istilah awamnya ya menyepelekan sesuatu. Akibat yang dilakukannya Roto termasuk salah satu DPO Prodi, kenapa salah satu? Masih ada beberapa kawan sekelas yang menjadi DPO Prodi :|Roto ini terlibat cinta lokasi dengan seorang gadis asal Purbalingga, yang juga kawan sekelas, Dinda namanya. Entah bagaimana akhir dari perjalanan kisah cinta mereka sekarang. Desas desus berkembang, mereka putus kemudian balikan lagi. Entahlah. Apapun yang mereka jalankan saat ini semoga itu yang terbaik. Amien.
Jadi To, kapan kamu mau menyelesaikan akademikmu dikampus?2. DindaKarena saya tadi sempat menyinggung nama Dinda, oke selanjutnya adalah dia. Bernama lengkap Dinda Fatmah Dewanti, gadis kelahiran asli daerah ngapak (itu sebabnya pasangan Roto-Dinda, kami sebut sebagai duo ngapak). Dinda begitu saya sapa, adalah satu-satunya kawan sekelas yang meraih gelar S. S (Sarjana Sastra) pertama.Sejak angkatan kami sudah diharuskan menulis, dan menyerahkan judul skripsi, Dinda cukup bersemangat mencari judul, mengumpulkan sumber sampai ke Jakarta. Kami, termasuk saya, sangat super santai menghadapi semester 6 keatas. Ya, kala itu saya masih berpikir, masih ada jatah beberapa tahun, sayang jika tidak dihabiskan :DMendengar Dinda akan ujian skripsi, jedeeeeeeer, semacam terkena kabar klo kekasih lagi jalan sama anak SMA terus tidur bareng berdua *iniapasih -_-Yak, kaget itu pasti, dinda ujian skripsi, sedangkan saya, masih berleha-leha dengan kerjaan partime saya masa itu. Bahkan beberapa kawan saya, juga sudah melakukan seminar, dan persiapan ujian skripsi juga. Namanya cuma angin lewat, ya perasaan saya yang kaget dan merasa ketinggalan pun turut lewat begitu saja :pAwalnya, saya dan Dinda cukup dekat. Bersama dengan kawan sekelas lain yang berjenis kelamin sama, perempuan. Tapi saya merasa, semenjak Dinda dekat bahkan menjalin hubungan dengan makhluk bernama Roto itu, kedekatan dengan kawan lain agak sedikit berjarak. Ya namanya juga cinta, bahkan mengalahkan apapun, namun hal itu tak membuat kami menjauhinya.Dimana ada Roto disitu ada Dinda, begitu pun sebaliknya.3. DamarPria kelahiran Klaten, yang sangat tidak suka diece. Tapi sangat doyan ngece, dia-lah Damar Widyatmoko. Kemungkinan termasuk dalam daftar DPO Prodi. Menghilang dari peredaran pasca pengembalian draft proposal yang dilakukan sekretaris prodi yang juga pembimbing skripsi saya sendiri. Disuruh merevisi proposal tapi tak kunjung kembali ke prodi.Namun akhirnya kembali ke kampus, ketika salah seorang kawan sedang ujian skripsi. Mungkin Damar ini datang dengan harapan, traktir mie ayam Panjul yang menjadi langganan di kampus. Ketika disuruh menyelesaikan draft atau skripsi, hanya acuhan, bahkan ngeyel-an yang dia berikan. Padahal kami teman-temannya bermaksud baik untuk mengingatkan.Damar ini pemarah, sangat cepat marah. Apalagi jika disinggung soal Dian, salah seorang kawan sekelas asal kecamatan Turi, Sleman. Ya, ini kami-kami sekelas juga yang membuat kabar, klo Dian dan Damar itu saling suka -_-
Tapi saya sendiri lupa siapa yang memulai berita ini.Hanya, Damar ini sangat suka ngece, imajinasi dan daya pikirnya sangat luas klo sudah mengejek dan mengolok-olok orang, entah itu biasa atau bahkan pikiran saru sekalipun.4. DianGadis asli Sleman ini hanya muncul di waktu-waktu tertentu. Semacam makhluk astral, yang kemunculannya kadang-kadang. Setelah mata kuliah habis dan bebas teori, Dian Ristiyani menghilang, tak pernah ke kampus, entah itu sekedar ke lab, atau ke perpus. Dia hanya mau datang "berkunjung" ke kampus saat pembayaran uang kuliah (spp), dan konsultasi KRS-an.Ya, saya terakhir bertemu dengannya bulan Februari kemarin, saat pembayaran uang kuliah. Ketika itu, saya masih dihadapkan pada penyelesaian revisi pasca pendadaran. Ketika ditanya, gimana skripsi, jawaban pasti yang selalu dikeluarkan adalah, "aku masih bingung Nda." Jelas bingung, klo ke kampus hanya 6 bulan sekali -_-
Dan yang selalu menjadi pertanyaan saya dan beberapa kawan lain, "dia itu ngapain sih dirumah? ada kerjaan apa, sampai judul skripsi selalu bingung."Termasuk gadis yang sangat pemalu, ngga doyan maen seperti saya dan lain. Ketika masih kuliah pun, jika mata kuliah selesai dihari itu, ya sudah kembali ke desanya di Turi sana. Memang termasuk kupu-kupu, kuliah-pulang, kuliah-pulang.5. HasbiGus Wahid, begitu sapaan yang disematkan oleh seorang dosen untuknya. Lengkapnya ya Hasbi Marwahid, termasuk salah seorang kawan pemikir. Mikirin apapun itu :D Kritis, dan analitis. Satu-satunya kawan yang mendapat predikat cumlaude. Wajar sih, Hasbi memang dikenal sangat kritis, saking kritisnya saat diskusi kelas ketika dia menyampaikan pendapat dan argumen itu bisa menghasilkan waktu 10-15 menit sendiri. Lama.Tapi itulah Hasbi, dia salah seorang kawan yang sangat suka membaca setelah Roto. Penampilannya sederhana, dan terkadang juga memiliki obrolan absurd ketika berkumpul dengan kawan-kawan lain yang absurd. -.-Kemungkinan, Hasbi ini sangat doyan yang namanya belajar :3 dia pun kini melanjutkan sekolah pasca sarjana S2 di tempat bergengsi, UI, pastinya mengambil jurusan yang sama dengan sebelumnya. Saya ingat, pernah bertanya begini, "ga di UGM aja bek?" dengan pasti, Hasbi menjawab, "ga minat Nda."
Oiya, panggilan akrab yang biasa kami sebut adalah bebek. Saya sendiri juga ga tau asal muasal panggilan itu, apa karena kebagusan dipanggil "Bi", maka banyak diplesetkan menjadi "bek", dan akhirnya menjadi Bebek. Entahlah.6. TikaIni dia, seorang kawan yang ngintilin saya sejak saya ikut KRS untuk Maba ketika tahun pertama saya masuk UNY di 2008. Sartika Putri Khaerani, termasuk seorang kawan sekelas yang sangat cerewet dan pemalu. Heran, cerewet tapi pemalu. Dan herannya lagi, pasti saya selalu sama dia -_-Tika ini sebenarnya baik, tapi klo udah ngomongin orang, Masya Allah, ga akan pernah berenti. Pemalu, dan ga pede klo kemana-mana sendirian. Tapi semoga sifat pemalu dan ga pedenya itu ilang seiring waktu dia merasakan pekerjaan.Soal tika sudah pernah saya tulis panjang lebar di twitter, yang sudah saya chirpstory-kan, ini linkny; http://chirpstory.com/li/180919 monggo dibaca :DTika, bisa dibilang teman nyinyir saya. Klo udah urusan nyinyirin orang, udah deh, ga bakal bisa berenti. Bergunjing rasanya menjadi tema kami berdua ketika bertemu, bahkan ketika hanya lewat aplikasi chat sekalipun :/
Saya juga cukup sering curhat panjang sama dia, apalagi curhat masalah asmara saya yang ribet dan ga ada habisnya. Sama dia saya curhat sambil nangis-nangis, minta saran. Tika memang ckup dewasa ketika dimintai saran masalah asmara, sebab dia sendiri memiliki pengalaman panjang, bersama mantan pacarnya yang kini jadi suaminya. Bagaimana kita harus bersikap dengan pasangan, hingga bagaimana menghadapi masalah dengan pasangan.Tapi yang terkadang bikin ga kuat saya sama Tika, sifat ga pedenya itu.Jadi kapan kamu isi? Aku pengen dipanggil ate sama anakmu :37. TifaSaya selalu menyebut perempuan Kulonprogo ini sebagai Si Bohay :DLengkapnya bernama Latifa Amirunnisak, biasa disebut Tivha, Tifa, Tipul, atau apapunlah. Disaat-saat terakhir saya tinggal di Jogja, saya sangat dekat sekali dengannya. Kami berdua memang punya banyak kesamaan, tapi beda rupa.Sama-sama doyan belanja, doyan jajan, doyan nongkrong, doyan ngopi, dan doyan curhat :) Apa yang ga diketahui oleh kawan sekelas lainnya, saya mengetahui semuanya, bahkan yang bersifat sangat rahasia sekalipun :DGadis yang sangat narsis, sangat doyan difoto daripada mem-foto :3 senang dengan yang berhubungan dengan fashion, make up, dan senam. Yak senam, tifa ini rutin senam, untuk menjaga kekencangan tubuh, sesibuk apapun dengan pekerjaannya sekarang, waktu senggang harus diisi dengan senam. Mungkin itu prinsipnya saat ini.Tifa ini banyak fans, terakhir saya di Jogja, saya menginap di kostnya, kebetulan malam itu dia mendapat kunjungan seorang laki-laki yang dikenalnya melalui sosial media, Path. Tak hanya berupa kunjungan, sebuket bunga pun diserahkan langsung untuk Tifa dari laki-laki itu. Edan pengaruh Tifa di mata para lelaki :|8. Adnan alias GatotIni dia lelaki rupa dangdut. Namanya bagus, orang tuanya pintar memberi nama, tapi rasanya sayang jika nama itu diberikan oleh anak sepertinya. Adnan Rafsanjani, terobsesi menjadi seorang polisi. Bahkan hobi mengedit-edit foto, entah itu foto dirinya, atau foto untuk bahan cacian dan ecean di sosmed.Lihat saja nama akun twitternya Polisi Urusan Khusus -_- Benar-benar sangat terobsesi. Gatot, sapaan akrab yang entah dari mana asalnya, adalah seseorang yang cukup baik untuk berkawan, hanya pikirannya cukup cabul untuk dijadikan seorang kawan.Orangnya sih manut, apalagi klo disuruh menyelesaikan masalah akademik. Bersama Gatot-lah saya seminar proposal, bersama dia juga saya wisuda.Bos togel begitu dia menyebut pekerjaannya saat ini, selain bisnis togel yang dia jalankan setiap malam, Gatot juga berbisnis jual-beli alat musik.Ngerokoknya kuat, bahkan minum-minuman alkohol dia rajanya. Saya pikir dia orang sekelas yang sangat doyan minum.Oiya, selain terobsesi menjadi seorang polisi, dia juga berobsesi dengan seorang perempuan, bernama Dini. Perempuan Pendidikan Sejarah 2007, yang menurut Gatot tepat dijadikan pendamping hidup, tapi jelas menurut mbak Dini, Gatot sangat ngga tepat dijadikan suami.9. Khoyum
Sang ketua Hima periode 2009-2010 atau 2010-2011, saya lupa. Dikenal kalem, dan rada' pahpoh. Tapi dianggap mesum dan cabul oleh sebagian kawan kelas. Namany M. Khoyummudin, tapi selalu diplesetkan menjadi Mesummudin -_-
Dianggap plin-plan, dan memiliki sifat pakewuh yang sangat tinggi sekali. Pakewuh sendiri jika dibahasakan secara awam adalah rasa sungkan. Dikit-dikit selalu "pakewuh aku". Padahal dia asli Kediri, Jatim. Paham lah orang-orang Jatim memiliki watak atos, mau menang sendiri. Tapi saya rasa, Khoyum bukan orang Jatim tulen.
Khoyum sangat dekat dengan Tika-Tifa. Kemana-mana klo ga sama saya, mereka pasti bertiga. Bisa dipertanyakan Khoyum ini murni lelaki atau bukan.
10. Reko
Kalo ada yang tanya, Reko itu makhluk apa? Jelas manusia, berwujud, dan .............. (silahkan kalian isi titik-titiknya). Reko Pambudi Cahyo Prabowo, begitu nama lengkap yang diakuinya. Padahal sejak satu kelas dengan, yang saya ketahui namanya hanya Reko Pambudi.
Reko biasa disapa, adalah pusat dari bahan ecean kami dikelas. Ketika menyelesaikan skripsinya, Reko ini sangat bersemangat, sakin semangatnya saya dengar dosen pembimbingny datang terlambat saat pendadarannya. Entah sengaja ditelatkan atau memang ada keperluan lain. Entahlah.
Reko ini cukup royal sama perempuan tertentu. Tapi ngga pernah royal sama saya. Saya sih ngga peduli, selama dia ngga ganggu hidup saya.
Siapapun yang kumpul disuatu tempat, entah ada Reko atau tidak ada, dia selalu menjadi pembicaraan teratas. Baik itu dengan kawan kelas sendiri, kakak kelas, atau adik tingkat sekalipun. Reko selalu nomor satu untuk dibicarakan.
11. Arga-Deni
Ini dia dua kawan saya yang saya jadikan satu saja, membicarakan keduanya kurang lebih sama. Apridhan Arga dan Y. Denny Sudiantoro, yang meracuni saya naik gunung. Awal pertama saya naik gunung karena nazar yang telah saya lontarkan di grup WhatssApp, mereka berdua inilah yang menemani saya entah dengan siapapun naiknya, pasti ada mereka berdua. Bahkan kami cukup sering naik gunung hanya bertiga *ngga sering bgt sih -.-
Bahkan kami menyebutkan diri kami bertiga sebagai trio nyinyir. Iya, NYINYIR! Nyinyirin apa aja, siapa aja, apapun, siapapun, bahkan juga menyinyiri salah satu diantara kami bertiga :3
Arga, asli Bima, NTB. Sedangkan Deni, Singkawang, Kalbar, tapi punya rumah di Magelang. Sejak awal kuliah saya ngga bgitu dekat dengan keduanya. Saat tengah semester mereka berdua cukup tidak aktif mengikuti kuliah, menghilang di akhir semester. Tapi selalu rajin di awal semester.
Saat kumpul dengan mereka berdua pun saya juga tidak pernah membahas bagaimana masa depan kuliah mereka, yang ada isinya nyinyirin orang, persiapan pendakian, dan tujuan pendakian selanjutnya.
Arga, klo ketawa kadang bisa nyaingi Tika, nyaring. Deni, orang pendiam dan terlihat kalem, tapi klo sekali ngomong kadang lucu, kadang juga cenderung pedas tergantung lawan bicaranya.
****Yak itu tadi sebagian karakter dan soal kawan-kawan saya dikelas. Hampir enam tahun kenal mereka, banyak banget pengalaman lucu saat kenal mereka. Saya kadang berharap bisa seperti dulu, berkumpul bersama, ngece berjamaah dsb. Tapi jelas dulu dan sekarang itu berbeda. Mereka masing-masing memiliki kehidupan dan kesibukan sendiri.Ya, saya berharap setidaknya, nanti entah kapan kami bisa ngumpul lagi, bertemu, mengobrol dan mengece bersama lagi.Yang saya tulis memang tidak semua, sebab yang lain-lain yang sisa 2 orang lainnya menghilang dan jarang berkumpul bersama. Ahh sudahlah, toh tidak ada mereka tidak mempengaruhi hidup saya.:)Diposting oleh Amanda Liony di 11.33 | Label: absurditas otak, isenk, kisah ku | 2 komentar | Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook |
-
Belajar Fotografi #2
Kamis, 10 April 2014
Si cantik yang banyak tersebar di Gunung Merbabu Lokasi: Sabana 1, Gunung MerbabuJenis Kamera: Sony DSC - W610Diposting oleh Amanda Liony di 04.22 | Label: belajar fotografi, isenk | 0 komentar | Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook |
-
Hunting di Candi Ijo
Rabu, 26 Maret 2014
Judul tulisan sih hunting, tapi tetap yang akan saya posting disini cuma foto-foto saya sendiri :D
Berawal dari sebuah sms seorang kawan, "Nda hunting yo?", saya balas itu sms, "dimana? kapan?", lha si teman balas lagi, "candi Ijo. katane apik lho nggon'e."Setelah beberapa kali saling membalas sms, fix memilih waktu untuk berangkat ke Candi Ijo, yang kawasannya sendiri dekat dengan area Candi Boko.Berbekal minimnya pengetahuan tentang Candi Ijo, ya sudah saya ikut saja itu kawan saya. Melalui jalan Solo, dan mengarah ke tempat wisata Candi Boko kami menuju Candi Ijo, yang jalannya sendiri cukup curam. Ngga curam bgt sih :DSesampai diatas, dengan lapang kita dapat melihat lukisan Tuhan berupa Kota Jogja, dengan cuaca cerah dan langit sangat biru. Duh Gusti, saya sangat mengaku keahlian-Mu sebagai pelukis yang sangat indah :)Bahkan dari atas kita dapat melihat ke arah landasan pacu Bandara Adi Sucipto, dan pesawat-pesawat yang bergantian tinggal landas.Dan ini dia foto-fotonya :)
Salah satu candi dengan latar belakang pemandangan Jogja didepannya. Ga begitu jelas klo difoto, tapi sumpah tempat ini keren!!
Lihat, betapa cantik langit dengan perpaduan candinya :) Yang ambil gambar ini saya sendiri lho. Cantik kan warna birunya :)
Yeaaay, i'm moving on *lha
Yak, sebagian foto-foto yang saya posting memang belum seberapa. Intinya sih kalo penasaran, datang aja kesini. Pilih waktu sore hari dengan suasana cerah, sebab bakal bisa lihat sunset. Serius, ini tempat romantis buat ngelamar pasangan kamu :|
Murah, karena datang ke Candi Ijo, free!Ga pake bayar sepeserpun, soalnya yang ngelola masih pemerintah daerah. Beda sama Candi Prambanan, atau Candi Boko yang masuk ke wisata aja harus bayar, ya dikelola sama pihak swasta juga sih.
Sebagai lulusan sejarah, saya merasa gagal. Sebab sejarah Candi Ijo saya ndak tahu :))Di papan info pun ga diceritain secara jelas, sejak kapan candi ini berdiri. Di papan hanya menjelaskan tahun penemuan candi ketika Jogja masih dikuasai pemerintah kolonial. Mungkin kita perlu berterimakasih pada kompeni-kompeni itu?! :)
my outfit:pink shirt: by ITC Cempaka Masjeans jacket: by Nevadashoes: by Allstar kawe dari jalan Matarambag: by TKSDiposting oleh Amanda Liony di 20.06 | Label: belajar fotografi, journey, travelling | 0 komentar | Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook |
-
Alhamdulillah, Merbabu Completed !
Senin, 17 Maret 2014
Yupp, akhirnya ngerasain pendakian gunung yang sebenarnya. Gunung aktif yang terletak di Jawa Tengah ini menjadi pilihan pertama saya untuk menguji kemampuan bahkan stamina untuk mendakinya. Berawal dari nadzar sidang skripsi yang saya lontarkan di grup WhatsApp untuk antar tema sekampus dan sekelas sekitar bulan September 2013, karena saya tahu bagaimana perilaku kawan-kawan sekelas saya itu, berani berucap berani bertanggung jawab. Intinya ya harus, kudu, dan wajib pegang omongan!
Saya ingat benar, waktu itu saya berucap bahwa akan nadzar naik gunung, jika September akhir saya dapat sidang skripsi maka saya akan menjalankan nadzar naik gunung. Tapi sampai akhir Oktober pun saya tak kunjung sidang, akhirnya fix tanggal 30 Desember 2013 saya akhirnya menjalankan ujian/sidang/pendadaran skripsi dengan perasaan deg-degan dan lega. Lalu bagaimana dengan nadzar saya?
Buat saya apa yang saya lontarkan, harus saya jalankan apapun kondisinya. Sekitar 2 bulan setelah ujian, dan sekitar 2 minggu setelah yudisium, saya memilih 14-16 Maret sebagai waktu pendakian, dan saya memilih Merbabu. Entah kenapa feel lagi pengen ngerasain Merbabu sebagai gunung pertama yang saya singgahi. Setelah persiapan penuh, dan pinjam perlengkapan sana-sini, saya siap mendaki!
Tanggal 14 Maret tengah malam, atau tepat pukul 23.35 saya dan keempat kawan bertolak menuju Boyolali menggunakan motor, masuk ke kecamatan Selo. Melewati Muntilan, dan Mungkid, Magelang, kami berlima berbelok menuju ke arah Ketep Pass. Selama perjalanan menuju Ketep Pass, perjalanan tidak begitu mulus. Keadaan jalan yang berlubang dan ramai truk yang saat itu justru giat bekerja mengangkut pasir yang memang melimpah ruah di kaki gunung Merapi. Udara yang semakin dingin memutuskan saya untuk menggunakan sarung tangan yang biasa saya gunakan ketika mengendarai motor.
Sesampai di Ketep Pass, tepatnya di jalan cabang, (jika lurus menuju Ketep, jika berbelok ke kanan menuju Boyolali), kami mengistirahatkan bokong, dan punggung. Sekitar 15-30 menit kami melanjutkan perjalanan yang baru setengahnya itu.
Pukul 02.00 dinihari kami sampai di basecamp Merbabu, basecamp yang bisa menjadi pilihan poara pendaki untuk beristirahat sejenak sebelum mendaki. Disini saya tidak akan menceritakan perjalanan dari jalan utama atau jalan raya menuju basecamp yang sangat-sangat susah -_-
Sesampai disana, sudah ada sekitar 5 orang pendaki yang terlelap, kami datang suasana jadi agak ramai dan berisik. Maaf ya untuk mas dan mbak yang waktu itu sedang beristirahat dengan nyenyak :D Oh iya, #fyi aja, di basecamp sinyal ponsel/handphone/smartphone sudah sulit, disarankan jika ingin pamitan sama orang tersayang baiknya sebelum masuk ke kampung tempat basecamp berada.
Sesampai di basecamp kami mengobrol sebentar, dan beristirahat dengan Sleeping Bag (SB) masing-masing yang kami bawa. Nyenyak tidak tidurnya? Siapa bilang!! Suara SB yang berisik, dan beberapa kawan yang tidak dapat tidur cukup mengganggu tidur saya. Pffft~
Paginya setelah sarapan, tepat pukul 08.35 kami mulai melakukan perjalanan menuju puncak Merbabu. Sulit sih, karena ini adalah hal yang baru bagi saya untuk mendaki ke gunung sebenarnya. Saya pernah mendaki, tapi tidak selama dan sejauh ini, Ijen, dan Gunung Api Purba Nglanggeran pernah saya jajaki :D
Kami memang berjalan sangat-sangat-sangat santai sekali. Saya sebagai pemula cepat merasa kelelahan, sehingga sering beristirahat di jalan, terkadang perasaan tidak enak dengan kawan-kawan lain yang semuanya adalah lelaki, muncul. Mereka semangat berjalan, tetapi saya sering beristirahatnya :(
Kata seorang kawan saya, "kalo cape, ngomong ya Nda. Ga usah gengsi!"
Pukul 10.05 kami sampai di pos pertama, di pos ini kami bertemu dengan dua orang pendaki yang juga sedang beristirahat. Kami berkenalan, dan mengobrol. Pukul 10.45 (ini klo ga salah sih :p ) kami melanjutkan perjalanan. Medan pos 1 menuju pos 2 semakin sulit, jalan semakin terjal. Tanah yang agak licin karena cuaca lembab akibat hujan sisa semalam semakin membuat saya kesulitan dan cepat merasa lelah.
Perjalanan menuju pos kedua pun semakin dahsyat, gerimis datang. Gak deras juga, ditambah angin membuat udara semakin dingin. Kami berhenti sebentar dan bergantian memakai mantel hujan. Jalanan tanah semakin licin dan lengket. Celana, dan tangan jadi korban, kotor. Kuku saya yang telah saya potong pun ikut jadi korban kekotoran #abaikan !
Saya lupa, kami tiba di pos dua pukul berapa, tapi yang jelas gerimis masih turun saat kami tiba di sana. Di pos dua pun terdapat dua tenda milik pendaki yang kemungkinan saat itu sedang berada di puncak. Kami beristirahat, memakan cemilan/bekal dan menyeduh kopi agar badan tetap hangat.
Ini foto diambil tepat saat turun gunung, bukan saat naiknya ^^
Setelah cukup beristirahat, kami menuju pos tiga. Medan jalan semakin dahsyat buat saya, kondisi kaki sudah sangat pegal ditambah harus membawa beban berat dipunggung. Akibat membawa beban, tulang bahu kiri-kanan saya mulai terasa sakitnya. Disini seorang kawan saya menawarkan diri untuk membawa carrier yang saya pakai. Agak ga enak sih, tapi bahu saya benar-benar terasa sakit. Pukul 14.00 kami tiba di pos tiga yang sangat lapang, suasana pos ini cukup ramai. Beberapa pendaki sudah mendirikan tenda masing-masing. Udara semakin dingin, bahkan kabut juga semakin tebal. Kami akhirnya segera menuju lokasi camp atau lokasi pendirian tenda.
Nah, saat menuju camp kami atau tepatnya di area Sabana 1 ini medannya sangat berat, klo bisa nyerah ya saya nyerah. Tapi justru kawan-kawan saya yang kesemuanya lelaki ini sangat semangat, jelas-lah saya ga boleh nyerah! Jalanan curam, ditambah tanah lembab dan licin, saya bersyukur carrier saya dibawakan oleh kawan yang menawarkan diri tadi. Kedua kawan saya sudah sampai dan tiba terlebih dahulu di Sabana 1, sedangkan saya dan kedua orang lainnya beristiraha sejenak di area yang disebut batu tulis. Nama area ini aneh, disebut batu tulis tapi ga ada batu-batunya, yang ada tanah, rerumputan, ranting pohon, dan tanaman-tanaman khas gunung, bunga edelweis.Sejenak memakan cemilan di area batu tulis, kami bertiga lanjut mendaki. "Duh gusti, paringono kuat," ucap saya dalam hati. Dengan keringar, lelah yang amat sangat kami tiba di sabana 1, syukur kedua kawan saya selesai mendirikan tenda. Kami bersiap, berkemas masak, dan menyalakan api unggun. Udara semakin dingin, kabut juga makin tebal.
Selesai makan, saya memutuskan TIDUR! Ya, udara dingin, dan kelelahan membuat saya memilih untuk beristirahat lebih cepat dibanding kawan-kawan lain. Saat tidur, udara benar-benar dingin. Kaus kaki 3 lapis pun rasanya tak berguna. Walau kondisi tenda sempit karena harus berdesakan berlima, kehangatan jauh dari kami :3Lebih dari 5x saya terbangun. Kawan-kawan saya ada yang nyenyak, ada juga yang seperti saya. Terbangun kedinginan. Pukul 04.00 pagi, ketiga orang saya memilih untuk mendaki ke puncak melihat sunrise atau matahari terbit, saya sendiri masih dalam pelukan SB. Pukul 05.30 saya dibangunkan seorang kawan dari luar, "Nda bangun, matahari terbit tuh!", dengan kedinginan saya menjawab, "mana?", "dibelakang tenda."Ya sudah, saya bangun setelah merapikan jilbab. Udara ga bisa dikatakan lagi dinginnya, kawan saya membuat air panas untuk menyeduh kopi, saya pun turut membantunya. Kopi jadi, dan cemilan tersedia, saya pun duduk di atas tikar menghadap Merapi yang sangat dekat dan terlihat cantik. Entah kenapa dari dulu mengagumi Merapi.
Dengan background Merapi :) Ketiga kawan saya kembali ke tenda, kami memasak, dan bersiap untuk turun gunung. Perjalanan yang paling berat justru adalah turun. Kaki saya gemetar hebat, dan tulang kaki sudah terasa sakitnya, apalagi ditambah menahan beban di punggung, setelah hari sebelumnya tulang bahu saya nyeri.Alhamdulillah, kesampaian juga menginjak Merbabu. Walau tak sampai puncak, tapi saya bersyukur dapat menikmati alam Tuhan yang sangat luar biasa. Pengalaman kemarin mengajarkan saya banyak hal, kekompakan, bagaimana bersosialisasi dengan orang-orang baru, dan bagaimana seharusnya menjaga sikap untuk tidak banyak mengeluh ketika melewati sebuah proses. Semuanya banyak didapat. Jujur saya ga kapok, malah kepengen tujuan selanjutnya adalah Merapi. Ada yang bersedia menjadi guide saya? :)
Thank's to: keempat orang kawan saya. Arga - Denny dua orang kawan kelas saya yang mungkin menjadi guide saya, Aziz, dan Giri yang ga mau dipanggil "mas" dan mengaku mahasiswa angkatan 2012 yang sudah membawa carrier saya baik dari naik dan turunnya. Matur nuwun dab!Diposting oleh Amanda Liony di 16.23 | Label: journey, travelling | 0 komentar | Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook |