Siapa yg tak mengenal Soekarno? Founding father, orator ulung, berwibawa, kharismatik, cendekiawan, ideolog, & bahkan sosok yg sempurna sbg pemimpin bangsa. Karena itu tak heran jika sosoknya tidak ada yg mampu menandinginya. Namun sayang sbg sosok yg tangguh di mata bangsa, dan menjadi banyak pujaan akhir perjalanannya sangat tidak menyenangkan bahkan ironis. Sebagai seorang yg dianggap pendiri bangsa, Soekarno harus menghadapi realitas dan rivalitas politik yang menyakitkan dan harus berakhir pada ironi kehidupan yang sangat menyesakkan.
Dilahirkan di Lawang Seketeng, Surabaya, Jawa Timur, pada 6 Juni 1901. Oleh ibu yang berasal dari Bali, Ida ayu Nyoman Rai. Ayahnya sendiri seorang guru kelahiran Probolinggo bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo. Menurut ibunya kelahiran Soekarno di waktu fajar memiliki makna khusus. Kata Soekarno, ibunya mengatakan: “kelak engkau akan menjadi org yg mulia, engkau akan menjadi pemimpin rakyat kita, karena ibu melahirkanmu jam setengah enam pagi di saat fajar mulai menyingsing. Kita org Jawa mempunyai suatu kepercayaan, bahwa org yg dilahirkan di saat matahari terbit, nasibnya telah ditakdirkan terlebih dahulu. Jangan lupakan itu, nak, bahwa engkau ini putra dari sang fajar.”
Menulis tentang Soekarno bisa menghabiskan berlembar-lembar kertas. Perjalanan panjangnya mempunyai byk arti dalam kehidupan khususnya bagi bangsa ini. Berkatnya lah Indonesia mampu menjadi negara yg disegani pada waktu itu.
Soekarno juga merupakan sosok pecinta seni. Minatnya pada dunia seni sudah tampak sejak usia muda hingga akhir hayatnya. Kecintaannya pada karya seni (khususnya lukisan dan patung) semakin menemukan momentum yang tepat ketika dia diangkat sebagai Presiden RI (1945-1967). Tercatat hamper 3000 karya seni rupa yang meliputi lukisan, patung, porselin, dan kriya, yang menjadi koleksinya. Ribuan koleksi yang bernilai historis itu keberadaannya tersebar di Istana Merdeka, Istana Negara, Istana Bogor, Istana Batu Tulis, Gedung Agung Yogyakarta, dan Istana Tapak Siring, Bali. Namun sayang keberadaan koleksi-koleksi itu kini masih dalam status kurang jelas, yaitu antara milik pribadi Soekarno sendiri atau sudah dihibahkan menjadi koleksi negara. Hal ini disebabkan antara situasi akhir pemerintahan Presiden Soekarno yang mengalami kekacauan, hingga akhirnya dia meninggalkan Istana tanpa membawa barang-barang milik pribadinya. Selain itu juga, tidak ada wasiat tertulis dari Soekarno tentang penghibahan karya seni yang telah dikoleksinya. Bahkan belum ada payung hukum yang memberikan status jelas tentang koleksi tersebut.
Pecinta perempuan salah satu julukan yang tepat untuknya. Tak dapat dipungkiri memiliki wajah yang menarik, gayanya yang necis dapat membuat kaum hawa memujanya. Begitu juga sebaliknya, Soekarno juga byk memuja mereka. Oetari, Inggit, Fatmawati, Hartini, Ratna Sari Dewi, Haryati, Yurike Sanger, Kartini Manopo, dan Heldy Djafar adalah perempuan-perempuan yang sepengetahuan seluruh rakyat waktu itu hidup bersama Soekarno, sungguh dia tak pernah merasa kehilangan kebesarannya karena perempuan disekelilingnya. (bersambung)
salam kenal. senang bertemu dengan blog kamu ini. ada rasa senang karena tulisannya bisa mengetuk hati untuk bisa mengenang kebaikan orang lain sekecil apapun terlebih bagi putera-puteri bangsa yang telah berjuang untuk bangsa. salut untuk kamu. insya Allah dilain hari akan berkunjung lagi. thanks
Aku suka artikel kamu tentang nasioanlisme...
Tapi, Nasionalisme itu kadang kala di jadikan negara sebagai senjata negara untuk menindas kaum yang memiliki pandangan yang berbeda.
salam...