ilustrasi |
Rokok, siapa yang tak mengenal tembakau kemasan ini. Tua-muda, dari pria hingga wanita pun menngkonsumsi barang ini. Wanita? Ya, untuk jaman sekarang di perkotaan besar, rokok menjadi hal yang lumrah bagi wanita. Balikpapan yang bukan kota kecil saja, banyak mereka yang mengkonsumsinya.
Rokok bagi wanita, buat saya secara pribadi adalah perlambang kesetaraan gender, perlambang kebebasan menyuarakan hak mereka, dan perlambang sosialita wanita masa kini.
Jangan kaget, saat ini mereka perokok aktif sebagian besar wanita adalah mereka pengguna hijab. Justru mereka banyak saya temui di kampung halaman saya sendiri, Balikpapan, Kaltim. Bukan dari kota perantauan saya saat menjalankan perkuliahan.
Balikpapan kini memang maju, didukung banyak perusahaan di dalamnya. Migas, perhotelan, perbankan, dan yang mendominasi adalah perusahaan property. Tak heran kalau Balikpapan memang menjadi target para pekerja luar daerah untuk mencari nafkah di kota minyak ini.
Kemajuan yang semakin berkembang, membuat maju juga gaya hidup masyarakat di dalamnya. Termasuk para wanitanya.
Merokok di kafe, berkumpul dengan relasi bisnis atau teman sekantor setelah pulang kerja adalah hal yang lumrah dan banyak ditemui di tempat sekelas tempat ngopi yang ada di Balikpapan.
Di sini, saya hanya mau fokus soal wanita berhijab yang juga perokok. Ya, buat saya merokok adalah hak banyak orang. Merokok pun tak berdosa, hanya sakit yang akan ditanggung. Tapi, bagaimana pandangan masyarakat dengan wanita berhijab yang perokok?
Aneh? Acuh tak acuh? Atau justru malah memaki si perempuan berhijab yang perokok itu? Saya memang belum pernah melakukan survey soal ini. Mengenai tanggapan mereka yang memandang wanita perokok secara luas dan spesifik yang seorang berhijab.
Sangat disayangkan sebenarnya, mereka berhijab tapi memilih untuk merokok. Apa mereka tak sadar dengan busana yang sebenarnya adalah ciri khas mereka sebagai seorang muslim yang taat menjalankan kewajiban wanita Islam, untuk menutup aurat.
Apa mereka pernah berpikir tanggapan orang lain? Memang kebanyakan mereka akan berpikir, "masa bodoh dengan tanggapan banyak orang, toh saya tak mengganggu kehidupan mereka."
Ya, itu yang pernah saya rasakan kurang lebih enam tahun silam. Eits, kala itu saya belum seperti sekarang. Belum mengenakan jilbab, belum mengenakan pakaian tertutup. Sejujurnya, saya pun tak ingin menjadi orang yang munafik. Tapi saya hanya kasian saja dengan mereka, wanita berhijab yang juga perokok itu.
Kenapa? Bau rokok akan melekat di baju dan kain hijab yang dikenakannya. Saya saja yang berada dekat dengan perokok berusaha untuk tak berhadapan langsung dengan asapnya, apalagi bagi mereka yang perokok.
Ya, kembali lagi, ini soal hak manusia sih. Dan urusan mereka dengan lingkungan sekitar mereka, maupun dengan Tuhan. Apa urusannya dengan sang pencipta? Saya pikir ini soal bagaimana mereka bersikap menjadi pribadi muslimah yang baik. Pun bukan berarti seorang wanita perokok itu tak baik. Sekali lagi, ini soal hak.
Rokok bagi wanita, buat saya secara pribadi adalah perlambang kesetaraan gender, perlambang kebebasan menyuarakan hak mereka, dan perlambang sosialita wanita masa kini.
Jangan kaget, saat ini mereka perokok aktif sebagian besar wanita adalah mereka pengguna hijab. Justru mereka banyak saya temui di kampung halaman saya sendiri, Balikpapan, Kaltim. Bukan dari kota perantauan saya saat menjalankan perkuliahan.
Balikpapan kini memang maju, didukung banyak perusahaan di dalamnya. Migas, perhotelan, perbankan, dan yang mendominasi adalah perusahaan property. Tak heran kalau Balikpapan memang menjadi target para pekerja luar daerah untuk mencari nafkah di kota minyak ini.
Kemajuan yang semakin berkembang, membuat maju juga gaya hidup masyarakat di dalamnya. Termasuk para wanitanya.
Merokok di kafe, berkumpul dengan relasi bisnis atau teman sekantor setelah pulang kerja adalah hal yang lumrah dan banyak ditemui di tempat sekelas tempat ngopi yang ada di Balikpapan.
Di sini, saya hanya mau fokus soal wanita berhijab yang juga perokok. Ya, buat saya merokok adalah hak banyak orang. Merokok pun tak berdosa, hanya sakit yang akan ditanggung. Tapi, bagaimana pandangan masyarakat dengan wanita berhijab yang perokok?
Aneh? Acuh tak acuh? Atau justru malah memaki si perempuan berhijab yang perokok itu? Saya memang belum pernah melakukan survey soal ini. Mengenai tanggapan mereka yang memandang wanita perokok secara luas dan spesifik yang seorang berhijab.
Sangat disayangkan sebenarnya, mereka berhijab tapi memilih untuk merokok. Apa mereka tak sadar dengan busana yang sebenarnya adalah ciri khas mereka sebagai seorang muslim yang taat menjalankan kewajiban wanita Islam, untuk menutup aurat.
Apa mereka pernah berpikir tanggapan orang lain? Memang kebanyakan mereka akan berpikir, "masa bodoh dengan tanggapan banyak orang, toh saya tak mengganggu kehidupan mereka."
Ya, itu yang pernah saya rasakan kurang lebih enam tahun silam. Eits, kala itu saya belum seperti sekarang. Belum mengenakan jilbab, belum mengenakan pakaian tertutup. Sejujurnya, saya pun tak ingin menjadi orang yang munafik. Tapi saya hanya kasian saja dengan mereka, wanita berhijab yang juga perokok itu.
Kenapa? Bau rokok akan melekat di baju dan kain hijab yang dikenakannya. Saya saja yang berada dekat dengan perokok berusaha untuk tak berhadapan langsung dengan asapnya, apalagi bagi mereka yang perokok.
Ya, kembali lagi, ini soal hak manusia sih. Dan urusan mereka dengan lingkungan sekitar mereka, maupun dengan Tuhan. Apa urusannya dengan sang pencipta? Saya pikir ini soal bagaimana mereka bersikap menjadi pribadi muslimah yang baik. Pun bukan berarti seorang wanita perokok itu tak baik. Sekali lagi, ini soal hak.
Yak, sekian tulisan random yang idenya datang, kemarin, saat berada di jalan raya. Entahlah, ide suka datang seenaknya, termasuk soal rasa dan sayang *iniapasih *plakk!!
Bye!!
Balikpapan, 3 Mei 2015
Kantor - ramai - riuh